Pagelaran teatrikal Pertempoeran Toendjoengan oleh Soerabaja Combine Reenactor (SCR) yang berkolaborasi dengan lima komunitas pegiat sejarah lainnya kembali hadir di Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (28/4/2024).
Teatrikal yang mengusung tema “Covering Fire of Madoen” berlangsung mulai pukul 08.30 WIB diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Pada pertunjukan kali ini mengambil latar waktu tahun 1945, mengisahkan perjuangan seorang Madun, pejuang generasi muda yang memiliki semangat luar biasa dalam melawan penjajahan Inggris.
Dengan bertaruh nyawa, Madun seorang diri maju melawan persenjataan Inggris yang canggih, sedangkan memerintahkan teman-temannya untuk mundur. Meskipun pada akhirnya dia gugur, tapi semangat juangnya akan selalu dikenang.
Riyanto Ketua Soerabaja Combine Reenactor mengatakan, teatrikal ini sudah menjadi agenda rutin SCR bersama lima komunitas pegiat sejarah lainnya. Yakni komunitas Begandring Soerabaia, Bali Reenactor, Mojokerto Reenactor, Bunker Uduk Surabaya, dan Sepanjang Heritage.
“Karena kalau dari teman-teman SCR saja jumlah personelnya kurang, jadi biasanya kita kolaborasi. Kita biasanya diberi kesempatan main sebulan sekali atau dua bulan sekali,” tutur Cak Polo sapaan akrabnya.
Dengan total pemain berjumlah 32 orang tersebut, penonton dapat menyaksikan perjuangan Madun beserta rakyat Indonesia, yang diperankan 22 orang dalam melawan pasukan Inggris, yang diperankan 10 orang.
Pantauan suarasurabaya.net, pertunjukan berakhir sekitar pukul 09.00 WIB, namun penonton masih terus berdatangan memadati halaman Tugu Pahlawan. Karena antusias penonton yang tinggi itu, akhirnya pertunjukan diulang kembali pada pukul 09.30 WIB meskipun hujan mulai mengguyur.
“Seru banget sih, karena acara seperti gini bisa menjadi insight baru untuk ditonton, sekaligus pelajaran yang menarik,” ujar Vina seorang penonton teatrikal.
Vina berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dapat lebih sering mengadakan teatrikal seperti ini agar generasi muda dapat mengetahui sejarah Indonesia dengan cara yang menyenangkan.
“Kalau dulu sewaktu kita kecil mungkin sering jalan-jalan ke museum, tapi jarang untuk bisa melihat secara langsung live action seperti ini. Karena gak semua org bisa afford live action yang mahal. Sedangkan teatrikal ini cukup affordable untuk masyarakat yang ingin membawa anaknya atau rombongan,” pungkasnya. (azw/iss)