Minggu, 24 November 2024

Anak Muda Indonesia Desak Pengurangan Plastik Global di Korsel bersama Ribuan Aktivis Lingkungan Dunia

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Aeshnina Azzahra Aqilani Salah satu aktivis muda Indonesia saat menyuarakan masalah mikroplastik di Korea Selatan bersama aktivis lingkungan lainnya dari berbagai negara. Foto: Ecoton

Sekitar 1.500 aktivis lingkungan dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, menyuarakan pengurangan produksi plastik global dan melarang racun kimia dalam pembuatan plastik di Korea Selatan.

Aeshnina Azzahra Aqilani salah satu aktivis lingkungan asal Gresik, Jawa Timur ikut melakukan kampanye pengurangan plastik global tersebut.

Siswi kelas XII SMA Muhammadiyah 10 Gresik itu juga melakukan orasi dalam pawai yang dilakukan dari Busan Olympic Park di Jalan Jangsan-Ro kemudian hingga Jalan Haeun-Daero di Kota Busan Korea Selatan.

“Lindungi bayi-bayi dari ancaman mikroplastik, serpihan plastik kecil ini telah ditemukan dalam air susu ibu, plasenta, air ketuban dan organ tubuh manusia, bayi harus dilindungi dari bahaya racun plastik,” kata Nina, sapaan akrabnya, dalam keterangan yang diterima pada Minggu (24/11/2024).

Dalam aksi yang digelar pada Sabtu (23/11/2024) itu, dia membawa 6 toples berisi patung bayi yang terlilit mikroplastik dan poster yang bertuliskan “Mikroplastik telah mencemari plasenta bayi dan ancaman racun untuk calon bayi, mikroplastik dalam plasenta”.

Ia menegaskan, ancaman mikroplastik telah nyata dirasakan. Saat ini menurutnya, bayi-bayi terancam racun mikroplastik karena dalam plastik terdapat ribuan bahan kimia tambahan yang bisa mengganggu hormon dan kesehatan.

“Saatnya stop produksi plastik untuk menghentikan polusi plastik” ucapnya.

Seperti diketahui, para aktivis lingkungan tersebut, juga akan mengikuti Intergovernmental Negotiating Committee (INC) 5 di Busan, Korsel, pada 25 November hingga 2 Desember 2024 mendatang.

Agenda tersebut, diadakan untuk membahas kesepakatan global terkait pengendalian pencemaran plastik, termasuk dampaknya pada lautan.

INC 5, kata dia, sangat menentukan keberlangsungan polusi plastik di bumi. Ia menyebut, jika semua pemimpin negara menyepakati untuk mengurangi produksi plastik maka, masyarakat di berbagai negara di dunia bisa terlindungi dari polusi plastik. Tetapi, jika tidak maka sebaliknya.

“Jika pemimpin-pemimpin negara yang hadir dalam INC 5 masih ingin meningkatkan produksi plastik, maka akan ada bencana besar yang ditimbulkan oleh sampah plastik” tandasnya. (ris/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs