Sabtu, 18 Januari 2025

Akademisi Harap Program Gerakan Indonesia Bugar Mampu Tingkatkan Kebugaran Siswa

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Prof. Dwi Cahyo Kartiko Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (kiri). Foto: Humas Unesa

Prabowo Subianto Presiden telah menyetujui penambahan jam olahraga di sekolah-sekolah sebagai bagian dari program Gerakan Indonesia Bugar. Keputusan ini disampaikan oleh Dito Ariotedjo Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pada hari Senin (11/12/2024) lalu.

Menurut Dito, penambahan jam olahraga di sekolah mejadi langkah strategis untuk meningkatkan kebugaran siswa. Prabowo Presiden juga terus memantau perkembangan program ini, yang diluncurkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Kebijakan ini meliputi beberapa hal, seperti penambahan jam olahraga, jam gerak, kegiatan ekstrakurikuler olahraga, dan pengenalan kembali gerakan dasar senam. Tujuannya untuk menyiapkan bibit atlet sejak dini, mulai dari tingkat pendidikan dasar.

Senam yang akan diterapkan nanti menggabungkan unsur-unsur senam gimnastik yang penting untuk pengembangan fisik siswa. Presiden menginginkan agar setiap sekolah menambah jam olahraga menjadi minimal satu jam per hari, meski pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap.

Menyikapi hal tersebut, Prof. Dwi Cahyo Kartiko Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengatakan, penambahan satu jam olahraga per hari di sekolah akan sangat membantu mencapai durasi yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Kalau rekomendasi WHO, seseorang itu bergerak antara 150 menit hingga 300 menit per minggu. Kalau dikonversikan ke jam pelajaran mulai SD, SMP, hingga SMA itu memang kurang sekali. Contohnya SD, tiga kali jam pelajaran dengan masing-masing durasinya 35 menit,” katanya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (11/12/2024).

Menurut Cahyo, hal ini juga terjadi di tingkat SMP hingga SMA. Jika dikalkulasi selama setahun, rata-ratanya masih di bawah rekomendasi WHO.

Maka, Gerakan Indonesia Bugar yang diinginkan Prabowo Subianto, dinilai sebagai langkah ideal untuk meningkatkan kebugaran fisik siswa, yang pada gilirannya bisa mengurangi risiko berbagai penyakit dan menurunkan biaya kesehatan di masa depan.

Selain itu, di dalam pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), guru mendapat kebebasan untuk merancang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kebugaran siswa.

Misalnya, guru dapat mendesain latihan yang menguatkan otot perut atau meningkatkan daya tahan fisik siswa dengan latihan yang sesuai dengan intensitas yang dibutuhkan.

“Namun, jika perlu, dilakukan workshop untuk menentukan desain apa yang cocok untuk meningkatkan kebugaran anak-anak ini. Bentuknya bisa senam, gimnastik, atletik, atau permainan kecil. Yang penting intensitas waktunya itu dapat. Bagaimana seorang siswa itu senang, tapi juga aktivitasnya terukur,” sebut mantan wasit basket itu.

Cahyo meyakini Dinas Pendidikan di masing-masing kota, kabupaten, maupun provinsi akan follow up terkait Gerakan Indonesia Bugar ini.

Ini juga menjadi peluang untuk kolaborasi antara berbagai lembaga pendidikan dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan bugar.

Melalui kebijakan ini, diharapkan tingkat kebugaran fisik siswa Indonesia dapat meningkat, dan berdampak positif pada kualitas hidup serta pengurangan angka pengeluaran untuk perawatan kesehatan di masa depan. (saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
29o
Kurs