Jumat, 22 November 2024

Ahli Kesehatan Paparkan Cara Atasi Heat Stroke dan Dehidrasi saat Haji

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi seseorang petugas kesehatan menyemprotkan air ke wajah anggota jamaah untuk mencegah heat stroke akibat panas dan dehidrasi yang mengancam keselamatan jamaah di Mina. Foto: Antara Ilustrasi seseorang petugas kesehatan menyemprotkan air ke wajah anggota jamaah untuk mencegah heat stroke akibat panas dan dehidrasi yang mengancam keselamatan jamaah di Mina. Foto: Antara

Dokter Ngabila Salama praktisi kesehatan masyarakat mengatakan terdapat dua permasalahan kesehatan yang sering terjadi saat ibadah haji, yaitu kelelahan dan serangan panas (heat stroke), sehingga perlu ada persiapan yang baik sebelum beribadah.

Ngabila mengatakan awal dari kedua masalah itu adalah dehidrasi. Kemudian akan berkembang menjadi kelelahan karena panas, mengingat temperatur di sana mencapai 45 derajat Celsius sehingga menyebabkan serangan panas.

“Kenapa bisa terjadi? Karena kita terpapar sinar matahari yang luar biasa dan kita kurang minum. Makanya tadi ada yang namanya gerus dan gerah. Gerus, gerakan minum tanpa menunggu haus,” katanya dalam “Fisik Sehat, Haji Mabrur” yang disiarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, dikutip dari Antara pada Jumat (3/5/2024).

Dia menyebutkan ketika ada yang terkena serangan panas, orang tersebut tak sadarkan diri, hemodinamikanya tidak stabil, tensinya sangat tinggi. Hal itu, katanya, dapat menyebabkan henti jantung, bahkan kematian apabila tidak ditangani secara cepat.

Ngabila menilai konsumsi cairan selama satu jam sekali yaitu 200 cc atau satu gelas, dan akan lebih baik lagi apabila diminum bersama oralit. Oralit, tambahnya, tak hanya untuk mengobati diare pada anak-anak, namun juga untuk menjaga keseimbangan elektrolit selama beribadah.

“Karena kita banyak keringat. Otomatis kan elektrolit di dalam tubuh kita keluar lewat keringat. Jadi itu harus digantinya bukan cuma air, tapi elektrolit,” katanya.

Dia menyarankan, salah stau cara untuk melindungi diri dari panas perlu menyemprot wajah dengan air sesering mungkin. Selain itu, terdapat sejumlah barang yang perlu dipersiapkan, antara lain kurma, payung atau topi berdaun lebar yang berwarna cerah agar memantulkan cahaya.

Menurutnya, kurma sangat penting sekali untuk menjaga fisik agar tidak kekurangan kadar gula atau hipoglikemi.

“Lalu kita juga penting memakai masker. Masker medis itu untuk menjaga kelembaban di saluran nafas dan juga saluran mulut kita,” katanya.

Dia juga mengucapkan penting untuk menyiapkan kantong plastik untuk menyimpan alas kaki, karena di sana orang sering kehilangan alas kaki, dan akhirnya orang berjalan tanpa alas kaki. Dampaknya terjadi serangan panas secara langsung.

“Saat kelelahan yang paling penting adalah ya kita jangan memaksakan diri. Beribadahlah kita tahu kondisi diri kita. Yang paling tahu kondisi diri kita adalah diri kita sendiri,” ujar Ngabila.

Menurutnya, pola pikir yang harus diterapkan adalah berangkat sehat sama-sama, pulang sehat sama-sama. Dia menilai paradigma dimana meninggal di Arab Saudi, Madinah atau Makkah adalah sesuatu yang keren, perlu dihilangkan.

“Masih banyak keluarga tercinta kita yang benar-benar menanti kita,” katanya. (ant/azw/saf/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs