Sekitar 4.000 Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo terdampak banjir sejak, Selasa (6/2/2024) kemarin, akibat diguyur hujan deras.
Merespon kejadian banjir yang melanda di sejumlah desa itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur (Jatim) untuk mendirikan posko pengungsian.
“Di Waru ada 15 RW terdampak, total ada 4000 KK. Ini yang sekarang dicarikan solusi bersama dan kami lihat alur sungai ada penyempitan atau tidak,” ujar Gatot Soebroto Kepala Pelaksana BPBD Jatim ditemui di posko, Rabu (7/2/2024).
Gatot menyatakan, posko yang didirikan itu meliputi posko pengungsian, posko kesehtan, hingga dapur umum. Pihak BPBD Jatim telah melakukan evakuasi terhadap 30 KK yang terdampak banjir di wilayah Waru, pada Selasa malam kemarin.
Ratusan warga itu dievakuasi menggunakan perahu karet hingga kendaraan shuttle milik BPBD Jatim ke posko yang didirikan di kantor BPBD Jatim.
“Sekitar 162 orang yang menginap di sini (posko), tapi sebagian sudah tersebar di lima posko pengungsian,” tutur Gatot.
Petugas BPBD Jatim juga bergerak cepat membantu sejumlah warga Waru yang menderita penyakit. Mereka tidak dievakuasi ke posko, melainkan dibawa ke RSUD Sidoarjo.
“Diarahkan ke RSUD Sidoarjo, ada yang habis operasi prostat, ada yang stroke. (sekarang) Sudah dipindahkan keluarga ke hotel,” katanya.
Masih di posko evakuasi, Khoir salah satu warga RW 6 Desa Waru mengaku kaget dengan cepatnya laju air yang meningkat secara tiba-tiba saat hujan turun sangat lebat, Selasa kemarin.
Beruntung, kasur dan sejumlah barang yang biasa ditempatkan di lantai rumah, bisa dipindahkan ke tempat yang aman.
Karena tidak adanya tempat beristirahat, ia bersama beberapa warga akhirnya memilih mengungsi di Masjid Al-Matin.
“Ini paling parah, mas. Dulu pernah banjir, tapi tidak sampai masuk ke rumah. Paling cuma di teras saja. Kalau sekarang, airnya masuk sampai di belakang sana,” terangnya.
Slamet Purwadi Sekretaris Desa Waru mengatakan, banjir yang melanda wilayahnya saat ini telah menggenangi mayoritas permukiman di 15 RW dan 49 RT.
Kata Slamet, kondisi paling parah, berada di Dusun Pesantren yang meliputi RW 01, 02 dan 03, Dusun Krajan 1, Krajan 2 dan Jati.
“Kami menyampaikan terimakasih kepada BPBD Jatim yang membantu proses evakuasi warga hingga menyiapkan masjid Al-Matin ini untuk mengungsi,” ujarnya.
Sementara itu Subandi Wakil Bupati Sidoarjo menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Jatim untuk melakukan normalisasi sungai.
“Kita harus normalisasi mulai Kali Butung yang ke Timur karena ini dangkal,” tuturnya.
Selain aliran sungai yang dangkal dan saluran kurang maksimal. Padatnya penduduk di kawasan Kecamatan Waru juga menjadi penyebab terjadinya genangan banjir dengan jangka waktu yang cukup lama.
“Makanya kita sampaikan mestinya kita normalisasi hulu sampai hilir kita lakukan,” katanya.
Subandi menyebut, banyak rumah penduduk yang dibangun di atas saluran irigasi. Faktor itu juga memengaruhi kelancaran aliran air.
Ditambah lagi wilayah pesisir Sidoarjo sedang terjadi rob, sehingga aliran yang mestinya terbuang ke laut justru kembali ke area pemukiman.
“Daerah Waru padat penduduk, banyak bangunan irigasi yang ditumbuhi rumah-rumah. Coba kita carikan solusi apalagi dengan kondisi laut yang rob,” tandas Subandi.(wld/bil/ipg)