Sepanjang tahun 2022, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menerima 882 laporan pengaduan konsumen individual yang merasa dirugikan penyedia barang dan jasa.
“Dari 882 pengaduan individual tahun 2022, mayoritas atau 32,9 persen terkait jasa keuangan,” ujar Rio Priambodo Kepala Bidang Pengaduan dan Hukum YLKI dalam keterangan pers, Jumat (20/1/2023), di Jakarta.
Lalu, 19 persen terkait transportasi, belanja online 8,5 persen, perumahan 7,3 persen, minyak goreng 7,1 persen, telekomunikasi 6,9 persen, otomotif 3,2 persen, paket 2,7 persen, PDAM 2,4 persen, dan listrik 2 persen.
“Pengaduan konsumen terkait jasa keuangan masih jadi yang paling tinggi, dan konsisten dari tahun ke tahun,” papar Rio.
Rinciannya, pengaduan jasa keuangan terkait pinjaman online sebanyak 44 persen, perbankan 25 persen, uang elektronik 12 persen, leasing 11 persen, asuransi 7 persen, dan investasi 1 persen.
Sementara, pengaduan soal transportasi didominasi kebijakan baru tarif integrasi tap in dan tap out Transjakarta.
Pengaduan lainnya terkait jadwal keberangkatan, pelayanan, infrastruktur, refund, barang hilang, dan kenaikan tarif.
Sementara itu, Tulus Abadi Ketua Pengurus Harian YLKI mengatakan, jumlah pengaduan konsumen bertambah signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data YLKI, pengaduan konsumen individu yang masuk tahun 2018 sebanyak 564. Kemudian, tahun 2019 sebanyak 563.
Tahun 2020 ada sebanyak 402 pengaduan, dan tahun 2021 ada 535 pengaduan.
Karena pengaduan jasa finansial masih sangat dominan, dia mendorong berbagai regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Satgas Waspada Investsi (SWI) bekerja lebih keras.
“Kami jelas menyayangkan dan mendorong supaya jadi perhatian serius, pengaduan jasa finansial masih sangat dominan. Itu menandakan pengawasan yang dilakukan regulator seperti OJK, SWI dan yang lainnya masih belum efektif,” kata Tulus.(rid/faz)