Jumat, 22 November 2024

World Bipolar Day, Psikiater: Bipolar Bukan Dosa dan Aib yang Harus Ditutupi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Suasana talkshow dalam rangkaian acara peringatan World Bipolar Day 2023 yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Surabaya, Harmony In Diversity Komunitas Support Bipolar dan Perkumpulan Senifoto Surabaya di Surabaya, pada Kamis (30/3/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Dalam rangka memperingati Hari Bipolar Sedunia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Surabaya, Harmony In Diversity Komunitas Support Bipolar dan Perkumpulan Senifoto Surabaya, menggelar acara untuk mendukung kesembuhan mereka yang terkena bipolar.

Windy Tiandini psikiater yang juga salah satu staff di RSUD Dr. Soetomo menyatakan, kegiatan itu juga untuk memotivasi mereka yang terkena bipolar, agar tidak lagi merasa sendiri dalam mencari dan menjalani pengobatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

“Jadi, salah satu upaya kita untuk menghentikan stigma, mengecilkan stigma dan mengembalikan teman-teman dengan diagnosa bipolar untuk bisa bermasyarakat dan berkarya adalah seperti ini, mengenalkan bahwa orang dengan bipolar mereka bisa bekerja, bisa berkarya, mempunyai hak yang sama dengan teman-teman yang tidak terdiagnosa bipolar,” ucapnya di Surabaya, Kamis (30/3/2023).

Apalagi, kata Windy, World Health Organization (WHO) juga mencatat bahwa tren bipolar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

“Itu juga didasari oleh kesadaran dari masyarakat untuk memeriksakan dirinya, semakin banyak informasi yang beredar di internet bahwa bipolar itu marah, senang, sedih. Tapi apakah senang dan sedih saja? Bipolar bisa dalam bentuk bermacam-macam, tapi memang ekstremnya adalah mood yang cenderung turun dan mood yang cenderung naik,” jelasnya.

Windy menambahkan, ciri-ciri yang sering terlihat dari penderita bipolar yakni adanya mood swing, yakni adanya mood yang tiba-tiba terlampau senang dan terlampau sedih

“Jadi hari ini selama satu minggu seneng banget, punya ide, nggak capek-capek, ngerjain tugas sampai selesai semua, atau belanja berlebihan, dandannya berlebihan, tapi setelah tiga sampai empat hari cenderung turun, nangis tidak mau ke mana-mana, tidak punya energi,” ungkapnya.

Ia menyebut, dampak buruk bipolar yakni ketika terlalu senang dan energinya melimpah, bisa tidak membutuhkan makan, minum, dan tidur. Sehingga berbahaya bagi tubuh yang kekurangan cairan dan elektrolit yang tidak seimbang.

“Kalau mood-nya cenderung turun, cenderung sedih, mungkin bisa ada ide hidup ini tidak berguna lagi, dan bahkan muncul ide-ide kematian yang bisa mengakibatkan adanya bunuh diri. Nah itu kan bisa mengancam jiwa, kegawatdaruratan psikiatri,” jelasnya.

Sementara untuk penanganan, ia menyebut jika saat periksa masih bisa dikontrol, maka bisa ditangani dengan minum obat untuk mengatur mood agar tetap berada di garis normal.

Sedangkan, jika sudah gelisah dan muncul tindakan ingin menyakiti diri yang tidak terkontrol, harus dilakukan rawat inap untuk memantau kondisi pasien agar lebih tenang dan stabil.

Dalam kesempatan itu, ia menegaskan, bipolar bukan dosa dan bukan aib yang harus ditutupi. Oleh karena itu, ia menyampaikan bahwa penderitanya mempunyai kesempatan berkarya, berkarir dan mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya.

“Untuk teman-teman, yang mungkin tahu kerabatnya atau temannya memiliki bipolar, jangan katakan mereka gila, jangan tinggalkan mereka, ayo sama-sama bantu, karena kata-kata kita bisa menimbulkan masalah pada orang lain,” ucapnya.

Sebagai diketahui, peringatan Hari Bipolar Sedunia atau World Bipolar Day dirayakan setiap tahun pada tanggal 30 Maret. Dan untuk peringatan di Surabaya hari ini, digelar dengan tema ‘They Are Not Alone’ yang diselenggarakan dengan mengadakan konseling kesehatan mental gratis, talkshow, ceramah agama, dan pameran hasil lomba fotografi.(ris/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs