Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Jumat (22/12/2023), memperingatkan tentang ancaman demam berdarah yang sudah menginfeksi lebih dari lima juta orang dan membunuh lebih dari 5.000 orang pada tahun ini.
Dilansir Antara dari kantor berita Xinhua, Minggu (24/12/2023), WHO menyebut, demam berdarah bahkan telah menyebar ke negara-negara yang sebelumnya tidak terjamah
Diana Rojas Alvarez Ketua Tim WHO untuk Arbovirus dalam pertemuan mingguan PBB di Jenewa mengatakan, hampir 80 persen dari kasus-kasus tersebut, atau sebanyak 4,1 juta kasus, dilaporkan terjadi di Amerika, diikuti oleh Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Alvarez melanjutkan, perubahan iklim merupakan salah satu penyebabnya, karena mengakibatkan curah hujan, kelembapan, dan suhu yang lebih tinggi. Sehingga, memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak.
“Meskipun empat miliar orang berisiko terkena demam berdarah, sebagian besar dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan biasanya sembuh dalam waktu satu hingga dua pekan,” kata Alvarez.
Infeksi demam berdarah yang parah ditandai dengan syok, menurutnya mengakibatkan perdarahan hebat, atau kerusakan organ yang parah.
Karena tidak ada pengobatan khusus untuk demam berdarah, deteksi dini dan akses untuk mendapatkan perawatan medis dapat menurunkan angka kematian akibat kasus yang parah.
Badan kesehatan PBB tersebut mengatakan, kasus yang dilaporkan menembus rekor 5,2 juta kasus pada 2019, meningkat sepuluh kali lipat dari tahun 2000 di 129 negara.
Alvarez menambahkan, ancaman itu membutuhkan “perhatian dan respons maksimal dari semua tingkatan” dari badan tersebut, untuk mendukung negara-negara mengendalikan wabah demam berdarah, dan mempersiapkan diri menghadapi musim demam berdarah yang akan datang.(ant/bil/rid)