Jumat, 22 November 2024

Tumpukan Sampah di TPS Surabaya yang Belum Diangkut Jadi Sorotan

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Reni Astuti Wakil Ketua DPRD Surabaya saat mengunjungi tempat pembuangan sampah (TPS) Bukti Barisan, Petemon, Kota Surabaya. Foto: Antara

Reni Astuti Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya menyoroti masih banyak tumpukan sampah di sejumlah tempat pembungan sampah (TPS) yang belum diangkut oleh truk kebersihan untuk diantar ke tempat pembuangan akhir (TPA) di kawasan Benowo.

“Kalau masih melihat sampah di TPS ini sumpek. Harusnya ada target dalam pengelolaan sampah di TPS agar pagi hari sudah bersih (nol sampah), nggak ada tumpukan sampah lagi,” kata Reni Astuti melansir Antara, Minggu (21/5/2023).

Padahal Kota Pahlawan baru saja meraih penghargaan Adipura Kencana 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). KLHK menilai Kota Pahlawan berhasil dalam pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau (RTH) dalam mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang bersih, teduh, dan berkelanjutan pada 1 Maret 2023 lalu.

Meski demikian, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam mengurangi sampah. Bahkan, Reni juga menemukan tumpukan sampah di sejumlah TPS, salah satunya di Bukti Barisan, Petemon, Surabaya. Hingga siang sampah itu belum terangkut ke TPA Benowo.

Politisi Partai PKS itu menyebut, belum terangkutnya sampah di TPS hingga siang hari itu akan menganggu warga. Sebab bau menyengat yang ditimbulkan bakal menusuk hidung orang berlalu-lalang, bahkan ada TPS yang dekat dengan permukiman.

“Saya melihat TPS masih belum modern, padahal pengelolaan sampah di TPA sudah gasifikasi, bahkan sudah dimanfaatkan untuk listrik. Tentunya ini menjadi tanggung jawab serta perhatian agar ada inovasi dalam pengelolaan sampah,” tuturnya.

Menurut Reni, pengelolaan sampah harus dimulai dari rumah tangga sebelum dibuang ke TPS. Karena partisipasi masyarakat Surabaya sangat baik dalam bidang lingkungan yang dinilai menjadi indikator Kota Surabaya meraih Adipura Kencana.

Namun, tingkat konsumsi masyarakat semakin hari semakin meningkat, terbukti dengan meningkatnya distribusi sampah 2.000 ton per hari, yang masuk ke TPA Benowo mencapai 1.600 ton per hari.

Sedangkan teknologi gasifikasi atau pemanfaatan sampah menjadi listrik di TPA Benowo terbatas hanya 1.000 ton sampah yang mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 12 MW. Sisanya 600 ton masih ditimbun dengan diberikan treatment.

“Nah, kalau tidak ada perbaikan dan inovasi 2.000 ton sampah akan bertambah, apalagi konsumsi masyarakat semakin meningkat setiap hari. Upaya pengurangan sampah juga harus melibatkan masyarakat juga,” kata Reni.

Perlu diketahui jumlah TPS di Surabaya ada 190 lokasi dan 107 armada angkut sampah. Menurut Reni, setiap hari sampah di TPS harus dicek, jika dirasa kurang alat angkut sampah dari TPS ke TPA, harus dihitung secara efektif kebutuhannya agar sampah di TPS bisa berkurang.

“Jadi, harus ada target untuk mengosongkan sampah di TPS. Misalnya, target 06.30 WIB harus bersih dari sampah. Kalau kendaraan angkutnya kurang ya harus diperhitungkan kembali,” ujarnya.

Sementara itu, strategi pengurangan dan pengelolaan sampah juga harus melibatkan seluruh elemen. Pemkot Surabaya memiliki Perda Sampah Nomor 1 Tahun 2019. Di dalam perda itu ada kewajiban pemkot dan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah.

Pihak DPRD pun telah mendorong agar Pemkot Surabaya memberikan dukungan terhadap 600 bank sampah yang ada di Kota Surabaya.

Di perda pengelolaan sampah, pemkot boleh memberikan insentif atau dukungan ke bank sampah. Reni mengaku menemukan bank sampah yang mencari sendiri sarana prasarana (sarpras) seperti timbangan sampah.

“Padahal, semangat mereka luar biasa dalam mengelola sampah di tingkat kampung. Agar mereka bisa memberikan kontribusi tidak hanya empat ton, tapi lebih. Ini harus dievaluasi,” ujarnya.

Ia juga meminta Pemkot Surabaya untuk memberikan perhatian dalam hal insentif kepada Kader Lingkungan yang sama dengan tugas Kader Surabaya Hebat (KSH). Menurutnya, pemberian insentif harus disamakan.

“Jadi, saya mendorong insentifnya sama seperti KSH. Karena, Kader Lingkungan bisa melakukan itu. Pemkot bisa memberikan insentif Rp500 ribu per bulan,” ujarnya.

Menurut Wahyu Amarudin salah satu petugas di TPS Bukit Barisan, Petemon, membeludaknya sampah di TPS setiap hari tergantung jumlah armada yang mengangkut sampah dari TPS.

“Kalau sampai pagi ini tadi baru empat rit. Tapi tergantung truknya, kalau cepat ya cepat terangkut ke TPA Benowo,” kata Wahyu.

TPS Bukti Barisan, Petemon melingkupi empat kelurahan, yakni Kelurahan Tembok Duku, Petemon, Kupang Krajan, dan Sawahan. TPS tersebut sebagai TPS yang sampahnya terbanyak, selain TPS Rangkah dan Srikana.

Banyaknya sampah di TPS Bukti Barisan, menurut Wahyu, tergantung juga dengan tukang sampah yang mengambil sampah di rumah-rumah warga. “Kadang ada RT yang minta seminggu diambil tiga kali ya, kadang ya seminggu sekali,” ujarnya.

Wahyu mengakui sampah rumah tangga semakin hari semakin meningkat, dalam sehari kadang ia mendapatkan 10 ton. Sehingga, harus kerja cepat untuk menghilangkan bau busuk yang merebak di sekitar pemukiman.

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menyiapkan petugas pemantau volume sampah dan gerobak di TPS sebagai upaya mencegah penumpukan volume sampah se-wilayah setempat.

Kata Agus Hebi Djuniantoro Kepala DLH Kota Surabaya mengaku siap mengatur jadwal gerobak sampah ke TPS. Hal ini diharapkan supaya petugas gerobak sampah tidak berbarengan datang ke TPS, sehingga menimbulkan penumpukan.

“Ke depan akan kami atur penggerobak sampah itu sesuai jadwal. Jadi, biar mereka tidak bersamaan menumpuk sampah ke TPS,” kata Agus.(ant/wld/iss)

 

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs