Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menyebut kerugian yang ditaksir akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, total menjadi Rp8,3 miliar.
Sebelumnya, Hendra Humas BB TNBTS menyebut kerugian sementara kebakaran di Bromo akibay percikan flare prewedding senilai Rp5,4 miliar.
“Estimasi Nilai Kerugian Akibat Kebakaran Hutan (bertambah jadi) sekitar Rp8.344.741.000,” ujar Hendra dalam keterangannya, Rabu (27/9/2023).
Rincian kerugian yang terhitung saat ini, terdiri atas biaya biaya pemadaman, kerugian hilangnya ekosistem dan kerugian jasa wisata selama penutupan Gunung Bromo.
Hendra menyebut biaya pemadaman kebakaran hutan sekitar Rp216 juta, kemudian kerugian akibat hilangnya Habitat (pendekatan biaya pemulihan ekosistem) sekitar Rp3.259.329.000, dan kerugian hilangnya jasa rekreasi sekitar mencapai Rp4.869.412.000.
“Kalau, estimasi luas areal terbakar sampai dengan tanggal 14 September 2023 sebesar kurang lebih 989 hektar,” ucapnya.
Selain itu, dia juga mengutarakan proses rehabilitasi flora di kawasan TNBTS yang hangus karena terbakar membutuhkan waktu tiga hingga lima tahun.
Untuk rehabilitasi ini bakal dilakukan melalui dua metode. Yakni, membiarkan tanaman tumbuh secara alami dan penanaman pohon dari TNBTS.
“Suksesi alam atau tumbuh secara alami seperti di savana sudah mulai berlangsung, mulai muncul trubus (tunas). Untuk kembali seperti semula satu sampai dengan dua bulan. Sedangkan untuk pohon-pohon melalui penanaman pohon endemik seperti cemara gunung, mentigi. Membutuhkan waktu tiga sampai dengan lima tahun,” tuturnya. (wld/bil/faz)