Bencana kekeringan akibat musim kemarau melanda tiga desa di kaki Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto. Antara lain Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah di Kecamatan Ngoro, serta Desa Duyung di Kecamatan Trawas sejak Senin (12/6/2023) kemarin.
Untuk menaggulangi kekeringan itu, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim memastikan proses distribusi air bersih menggunakan mobil tangki kapasitas 4.000 liter berjalan dengan baik.
Distribusi air bersih di tiga desa itu akan berlangsung selama 45 hari yang sudah dimulai sejak 12 Juni hingga 26 Juli 2023 mendatang.
Untuk Desa Kunjorowesi akan menerima empat tangki air bersih, sedangkan Desa Manduro Manggung Gajahbdan Duyung masing-masing tiga tangki. Pengiriman bakal dilakukan setiap hari oleh BPBD Jatim.
“Di sini kebutuhan sehari rata-rata 10 tangki kapasitas 4.000 liter tapi tidak hanya di dusun ini tapi beberapa dusun lain. Tadi saya lihat sudah banyak tandon dari BPBD di sejumlah titik di Desa ini,” kata Khofifah di Kabupaten Mojokerto, Senin (19/6/2023).
Sementara itu, total penduduk yang terdampak kekeringan air bersih mencapai 7.589 jiwa/2.409 KK. Dengan rincian warga terdampak dari Desa Kunjorowesi 4.937 jiwa/1.556 KK, Desa Manduro Manggung Gajah 1.861 jiwa/597 KK dan Desa Duyung 791 jiwa/256 KK.
Berdasarkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), musim kemarau 2023 di Jatim diperkirakan terjadi pada Mei hingga September. Puncaknya kemarau diprediksi menjelang akhir Juli hingga Agustus.
Gubernur Jatim itu bilang, potensi kekeringan di Jatim tahun ini diperkirakan terjadi di 27 kabupaten/kota yang terdiri dari 221 kecamatan, 844 desa/kelurahan dan 1.617 dusun. Dengan rincian 500 desa kering kritis, 253 kering langka, dan 91 desa kering langka terbatas.
“Petanya sudah sangat detail. Untuk itu intervensi penanganan kekeringan ini butuh gotong royong dan kebersamaan baik dari Pemprov Jatim, Pemkab Mojokerto, maupun dari pihak kecamatan, desa, dusun sampai para relawan,” pungkasnya. (wld/saf/iss)