Hasto Wardoyo Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, apabila Indonesia mampu mencapai target stunting di level 14 persen pada 2024, maka potensi meraih Visi Indonesia 2045 akan semakin luas.
Visi 2045 merupakan target Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi sehingga mampu masuk sebagai lima besar negara kekuatan ekonomi dunia.
“Sumber Daya Alam (SDA) itu tidak terbarukan, Kalimantan termasuk SDA melimpah tapi sumber daya manusia (SDM) juga tidak terbarukan. Jadi kalau SDA habis tapi manusianya tidak maju ya sayang. Salah satu indikatornya stunting,” katanya dilansir Antara, Sabtu (9/9/2023) pagi
Visi Indonesia 2045 adalah target Indonesia untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berbudaya dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta ekonomi yang maju dan berkelanjutan.
Selain itu, Indonesia juga memiliki target dalam pembangunan yang merata dan inklusif serta menjadi negara yang demokratis, kreatif dan bersih.
Hasto menyebutkan dalam rentang 2020 sampai 2045 sebanyak 70 persen penduduk Indonesia dalam usia produktif yaitu berumur antara 15 sampai 64 tahun.
Secara rinci, sebanyak 44,19 perempuan dan 41,49 juta laki-laki berusia nol sampai 19 tahun, 32,97 juta perempuan dan 34,67 juta laki-laki berusia 15-29 tahun, 93,93 juta perempuan dan 95,71 juta laki-laki berusia 15-64 tahun.
Ia menegaskan target menekan stunting ke level 14 persen merupakan rencana pemerintah yang sangat serius dalam rangka memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia.
Hal itu sesuai target tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) 2030 yaitu menghilangkan kelaparan dan menurunkan risiko kekurangan gizi serta menurunkan angka kematian neonatal.
“Salah satu indikator kinerja kepala daerah, indeks reformasi birokrasi itu tematiknya stunting. Target 14 persen itu serius karena kesempatan untuk mendapatkan bonus demografi tidak ada kedua kalinya,” katanya.
Hasto menuturkan, bonus demografi bisa terjadi dua kali seperti di Jepang. Tapi bagi Indonesia hanya datang sekali, sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Menurutnya, Indonesia tidak bisa memiliki bonus demografi kedua karena orang tua Indonesia susah produktif. Mayoritas berpendidikan rendah dan memiliki pendapatan yang rendah.
Ia mengingatkan apabila Indonesia tidak mampu menciptakan kualitas yang baik terhadap bonus demografi maka kesempatan Indonesia untuk mencapai Visi 2045 akan lebih sulit.
“Memanfaatkan bonus demografi hanya diharapkan dari yang muda ini. Tapi kalau yang muda stunting bagaimana,” ujarnya. (ant/saf/ipg)