Dalam Summit for Democracy (SFD) ke-2 yang digelar di World Forum Den Haag, Belanda 28-30 Maret 2023 ini, Suara Surabaya ikut ambil bagian dalam diskusi panel pertama, yang membahas mengenai contoh-contoh terbaik operasional media dalam mendukung kehidupan demokrasi di level lokal.
Suara Surabaya Media dipilih menurut Ruth Kronenburg Direktur Eksekutif Free Press Unlimited selaku penyelenggara event ini di Belanda, karena memiliki cerita yang unik bagaimana media berbasis lokal mampu berperan lewat jurnalisme konstruktifnya.
“Kisah Suara Surabaya mampu memberikan inspirasi buat media-media lain di seluruh dunia tentang bagaimana seharusnya media bertumbuh,” kata dia, Rabu (29/3/2023) waktu setempat.
Lebih lanjut, Ruth juga tertarik dengan peran Suara Surabaya sebagai institut sosial, di mana para pemangku kepentingan bisa saling belajar dalam interaksi publik yang terjadi di Suara Surabaya Media.
“Saya pikir peran seperti ini unik dan saya tidak menemukannya di belahan dunia lain, di mana dalam satu sisi Suara Surabaya bisa berperan sebagai media yang memberikan informasi berbasis jurnalistik, tapi juga sekaligus sebagai problem solver dan institut sosial,” katanya.
Eddy Prastyo Manager Produksi sekaligus Pemimpin Redaksi Suara Surabaya dalam diskusi panel ini menyampaikan tantangan-tantangan yang dihadapi. Menurut dia, nilai-nilai yang dipegang Suara Surabaya akan tetap dilestarikan.
“News, interaktif, solutif yang dijalankan untuk mencapai kepercayaan, dampak, dan pengaruh akan tetap kami pegang dengan kemasan kreatif yang kami sesuaikan zamannya,” ujar dia.
Peran Suara Surabaya ke depan untuk memelihara kekerabatan sosial di level lokal akan makin ditingkatkan lewat gerakan-gerakan sosial. Pada diskusi SFD ini, Eddy menyampaikan studi kasus gerakan dosial yang diinisiasi Suara Surabaya berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya dan berbagai pemangku kepentingan yaitu program ‘Surabaya Bergerak.’
‘Surabaya Bergerak’, kata Eddy, bertujuan sebagai pemecah masalah konkret dengan pola kerja sama yang egaliter. Awalnya didedikasikan untuk membersihkan saluran tersier warga sebagai mitigasi bencana banjir yang kerap terjadi di Surabaya, ke depan akan diarahkan juga ke sektor-sektor lain yang berdampak signifikan untuk warga kota.
Pada diskusi panel pertama, juga hadir Enrique Gasteazoro Direktur Access Now, sebuah media progresif di Nikaragua menghadapi tantangan pemerintahan yang otoriter. Hadir juga Mira Chowdhury, Program Lead Latin Amerika pada Free Press Unlimited.
Panel-panel berikutnya membahas isu mengenai media sustainability, perlindungan terhadap jurnalis, kemerdekaan pers, juga independensi dan keberagaman media. Keseluruhannya menghasilkan rekomondasi yang dibahas dalam grup kerja beranggotakan 200 lebih jaringan praktisi dan NGO, yang concern pada demokrasi dan media.
Sebagai informasi, Summit for Democracy digagas pertama kali oleh Joe Biden Presiden Amerika Serikat pada 9 dan 10 Desember 2021, di tengah pandemi Covid-19 yang masih parah dan merebak ke penjuru dunia sehingga penyelenggaraannya dilakukan secara virtual.
Di perhelatan kedua ini, SFD digelar semi virtual di empat negara sekaligus, yakni Kostarika, Zambia, Korea Selatan (Korsel), dan Belanda. Pemimpin empat negara penyelenggara SFD tersebut dan Joe Biden Presiden Amerika Serikat, Rabu (29/3/2023), secara paralel membuka event tersebut.
Masing-masing negara penyelenggara membawa tema masing-masing. Seperti Korsel, membawa isu mengenai perang terhadap korupsi. Kostarika mengambil topik peran anak muda dalam politik dan demokrasi, sedangkan Zambia membahas mengenai pemilu yang jujur dan adil untuk menegakkan demokrasi.
Selain empat topik utama yang dibawa negara-negara penyelenggara, ada banyak kelompok kerja yang membahas persoalan-persoalan spesifik demokrasi yang melibatkan tokoh pemerintahan negara, masyarakat sipil, kampus, media, dan sektor swasta. (bil)