Jumat, 22 November 2024

Stunting di Surabaya Turun Hampir 400 Kasus Selama Januari-September

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Foto Arsip - Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat mengunjungi anak stunting di Kelurahan Kertajaya, Kota Surabaya beberapa waktu lalu. Foto: Kominfo Surabaya

Angka balita stunting di Surabaya turun hampir 400 kasus selama periode Januari hingga September 2023.

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2022, prevalensi stunting Surabaya berada di level 4,8 persen atau 923 balita hingga awal Januari 2023.

Kemudian berturut-turut menurun pada Februari 872 kasus, awal Maret 850 kasus, awal April 805 kasus, awal Mei 2023 760 kasus, awal Juni 2023 712 kasus, awal Juli 653 kasus, awal Agustus 583 kasus, awal September 533. Terakhir hingga tanggal 26 September 2023 sebanyak 529 kasus.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut bahwa angka itu termasuk paling rendah secara nasional atau se-Indonesia.

“Sejak awal diamanahi sebagai wali kota, kami memang langsung tancap gas soal stunting. Karena ini soal masa depan generasi penerus kita, generasi emas tahun 2045. Tahun ini kita terus bergerak karena kita ingin tahun 2023 ini, Surabaya zero stunting,” kata Eri dalam keterangan resmi yang diterima suarasurabaya.net, Rabu (27/9/2023).

Penekanan stunting ini dimulai dari pendataan, setiap calon pengantin dideteksi data kesehatannya. Semua data antara Kantor Kementerian Agama dan Puskesmas terintegrasi.

“Jadi langsung ketahuan, bagaimana lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh calon pengantinnya. Ini penting untuk tahu apakah ada risiko kekurangan energi kronis atau kekurangan gizi, sehingga ada antisipasi. Di situlah Pemkot Surabaya melalui Puskesmas melakukan intervensi, bisa berupa tambahan gizi dan sebagainya,” jelasnya.

Pencegahan stunting juga dilakukan dengan rutin membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri di sekolah-sekolah atau disediakan di puskesmas seluruh wilayah Surabaya.

Selain itu, sosialisasi calon pengantin (catin) melalui program Pendampingan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pendampingan untuk ibu dan balita juga dilakukan dengan penyuluhan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Selain itu, juga ada pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK).

“Ada pula pemberian Taburan Ceria (Taburia) multivitamin dan mineral untuk balita, memberikan menu sehat pada ibu balita serta mempraktekkan demo memasak makanan sehat. Bahkan, ada pula program pemberian permakanan stunting, Kampung ASI, Jago Ceting yang digerakkan bersama PKK dan lintas sektor, imunisasi, aksi konvergensi penanganan stunting dan masih banyak lainnya,” tegasnya.

Langkah penanganan itu diputuskan pemkot dengan rembuk stunting di tingkat kota, mulai dari kecamatan, kelurahan, puskesmas, PKK, tiga pilar dan peran serta tokoh masyarakat.

“Dengan konvergensi itu, tersusun pemecahan masalah yang ditemukan dengan intervensi sensitif mencapai 70 persen dan spesifik 30 persen, sesuai masing-masing wilayah di kelurahan dan kecamatan. Alhamdulillah dengan berbagai program itu, angka kasus stunting di Surabaya terus turun dan terendah se-Indonesia,” pungkasnya. (lta/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs