Budi Bi dan Tri Ami pasangan seniman suami istri, hari ini menggelar pameran lukisan di Gedung Merah Putih Balai Pemuda Surabaya. Meski Surabaya diguyur hujan sejak siang hingga sore hari tapi pameran mereka tetap menjadi magnet bagi pengunjung yang didominasi anak muda.
Hawa dingin cuaca di luar berubah menjadi hangat ketika memasuki ruang pameran pasangan itu. Baik Budi maupun Ami selalu menyambut para pengunjung yang datang.
Dua pasangan itu terlihat antusias waktu ada pengunjung yang bertanya tentang tema lukisan. Kata Budi, dia sengaja membuat pameran di bulan Februari yang bertepatan dengan momen kasih sayang atau dikenal dengan bulan valentine.
“Kami ambil judul ‘Pegang Erat’ (judul pameran) itu maksudnya kami berdua harus mensyukuri bahwa ada sosok yang mendukung kegiatan kami selama ini. Bisa dari orang tua, kakak, adik, pasangan,” kata Budi waktu ditemui di Balai Pemuda, Minggu (12/2/2023).
Budi yang gemar melukis seorang figur itu menampilkan seorang perempuan di kanvasnya. Goresan cat warna itu mengukir wajah perempuan yang anggun dengan pakaian adatnya dan pernak-pernik pendukung dari unsur alam, seperti bunga dan bulan.
Selain lukisan figur, Budi juga melukis bertema hewan. Salah satunya tentang kura-kura emas. Kata dia filosofi yang dia ambil adalah ketenangan kura-kura dalam menghadapi segala situasi.
“Kalau kura-kura itu dalam situasi apapun itu pasti tenang kuat. Jadi filosofi kehidupan seperti alon-alon sing penting kelakon (pelan-pelan yang penting terlaksana),” ucap Budi.
Pemeran hari ini menjadi spesial bagi Budi dan Ami. Karena ini merupakan pertama kali sepasang suami istri itu menggelar pameran lukisan bersama-sama. Padahal keduanya sudah aktif menggelar pameran dengan berbagai komunitas di Surabaya sejak 2016.
Waktu disinggung soal wadah pameran bagi seniman lukis, Budi menyebut kalau Pemerintah Kota Surabaya sudah lebih baik ketimbang dulu untuk mewadahi para seniman. Salah satunya menyediakan ruang pameran.
“Ya walaupun sekarang itu masih sangat kurang galeri di Surabaya dibanding kota lain. Tetapi sekarang sudah ada basement di alun-alun ini, ada galeri atau di taman budaya. Karena seniman itu kan butuh ruang untuk berekspresi,” jelas Budi.
Dirinya pun berharap semoga beberapa tahun ke depan, Kota Surabaya bisa menjadi rujukan para wisatawan untuk melihat karya seni. Budi tak ingin Kota Surabaya kalah dengan Bandung dan Yogyakarta soal urusan seni.
“Karena kan selama ini orang-orang larinya ke Jogja, Bandung,” tandasnya.
Sementara itu Ami sang istri punya selera yang beda dengan suaminya soal objek lukisan. Ami bercerita lebih suka dengan tanaman bunga untuk dijadikan objek gambar.
Tak ada alasan mengapa Ami suka dengan bunga, dia ingin menunjukkan kepada semua pengunjung bahwa bunga adalah objek yang selalu dipersembahkan untuk orang-orang tersayang.
“Ketika suka terhadap sesuatu itu kan bisa jadi penyemangat dan sekaligus ide pelukis langsung,” ucap Ami.
Di ruang pameran itu Ami juga bercerita tentang sembilan lukisan tentang keluarganya yang disusun secara rapi dan proporsional. Sembilan lukisan itu merupakan karya spesial sang suami tentang kebersamaan mereka dengan tiga anaknya.
Dalam lukisan itu juga tertuang kisah anak ketiga mereka yang dianggap sangat spesial. Serta ada satu lukisan menceritakan kisah tiga saudara itu yang digambarkan lewat dua burung kolibri dan satu landak.
“Dua (burung) itu kakaknya yang terbang bebas ke mana-mana, dia suka menceritakan kepada adiknya sedangkan adiknya itu yang spesial. Autis, dia tidak bisa menjangkau dunia luar dengan segala keterbatasannya seperti landak yang dilindungi duri,” ucap Ami.
Dalam pameran sepasang kekasih ini Budi menghasilkan 15 karya sedangkan Ami 10 karya. Lewat seni lukis, Budi dan Ami berusaha menuangkan ide dan gagasan mereka tentang rasa syukur kepada Tuhan dan ucapan terimakasih untuk orang-orang terdekatnya.(wld/iss)