Komunitas Nol Sampah menyebut ada peningkatan sampah makanan selama Bulan Suci Ramadhan tahun ini di Kota Surabaya, seperti tas kresek dan alat makan sekali pakai.
“Kami terus melakukan kampanye berupa kegiatan Bagi Takjil Tanpa Plastik Sekali Pakai,” kata Wawan Some Koordinator Komunitas Nol Sampah di Surabaya, Jumat (31/3/2023).
Melansir laporan Antara, data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya menyebutkan sampah warga Surabaya yang masuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo sehari mencapai 1.500-1.600 ton. Jumlah itu biasanya meningkat 100-200 ton pada bulan Ramadan, dan bisa bertambah 400-500 ton menjelang Idul Fitri.
Jika dilihat dari komposisi sampah di Kota Surabaya pada 2021, kata dia, sampah sisa makanan yang dominan, mencapai 54 persen lebih, sampah kertas 14 persen dan sampah plastik 22 persen. Jumlah sampah plastik ini meningkat dibandingkan tahun 2017 yang hanya 14 persen.
Dia mengungkapkan berdasarkan studi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan beberapa lembaga pada tahun 2021, di TPA Benowo ada lima jenis plastik terbanyak, yakni tas kresek (27 persen), plastik peralatan makan sekali pakai (18 persen), popok dan pembalut (17 persen), botol minuman (14 persen) dan plastik kemasan (delapan persen).
“Yang menarik sampah plastik alat makan/minum sekali pakai yang terus meningkat tajam akhir-akhir ini,” ujarnya.
Untuk itu, kata Wawan, Komunitas Nol sampah Surabaya dan DLH Kota Surabaya bersama komunitas peduli Lingkungan melakukan kampanye berupa kegiatan Bagi Takjil Tanpa Plastik Sekali Pakai, rutin di Taman Bungkul, Surabaya.
Dalam kampanye itu, lanjutnya, diberikan contoh bahwa makanan takjil ditempatkan di kotak yang bisa dipakai berulang kali. Begitu juga dengan minuman botol yang bisa dipakai berulang kali.
Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain, menggunakan alat makan/minum yang dapat digunakan berulang kali, seperti wadah makanan, sendok, garpu dan botol air minum. Selain itu, bisa pula dengan menghindari penggunaan plastik sekali pakai, antara lain kantong plastik, sedotan plastik, makanan dan minuman dalam kemasan plastik.
Edukasi ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi warga Surabaya mengubah gaya hidup, agar seminimal mungkin tidak menghasilkan sampah.
Gerakan makan/minum dihabiskan merupakan satu bagian upaya pengelolaan sampah sehingga bisa mengurangi sampah sisa makanan. Dampak penumpukan sampah sisa makanan adalah menghasilkan gas methan yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Khusus untuk sampah plastik, selain akan berdampak terhadap lingkungan juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Mikroplastik, pewarna, pelemas plastik jika terkontaminasi makanan/minuman dan masuk ke dalam tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan tubuh, bahkan dapat bersifat karsiogenik (menyebabkan kanker).
Agus Hebi Djuniantoro Kepala DLH Surabaya sebelumnya mengatakan, Wali Kota Surabaya pada 15 Maret 2023 lalu sudah mengeluarkan Surat Edaran (SE) 500.9.14.2/6277/436.7.10/2023 tentang Imbauan Bulan Ramadhan Tanpa Sampah.
SE itu disebar luaskan kepada jajaran di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Camat, Lurah dan seluruh Ketua RT dan RW se Kota Surabaya agar ada perubahan perilaku warga Kota Pahlawan tidak menghasilkan sampah.
“SE itu sebagai bagian dari upaya pemkot untuk menggelorakan Gerakan Ramadhan Tanpa Sampah,” kata Hebi. (ant/bil/faz)