Danny Wahid Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP REI) menyebut Surabaya Barat telah menjadi kota mandiri. Kota yang mengintegrasikan antara hunian dengan pelbagai fasilitas seperti mal, sekolah, universitas, hingga rumah sakit.
“Surabaya Barat sangat lengkap. Semuanya terintegrasi. Ada tempat hiburan juga di sana. Ada mal juga. Mal di sana tidak hanya menjual produk saja, tapi juga membuat suasana menjadi nyaman. Membuat orang yang tidak ingin belanja, akhirnya beli juga dengan fasilitas nyaman itu,” jelas Danny dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Selasa (29/8/2023) pagi.
Surabaya Barat sudah menjadi primadona baru sejak 1992. Saat para pengembang mengonversi ruang terbuka yang relatif luas menjadi kota baru yang perkembangannya makin masif hingga kini.
“Surabaya Barat memang berkembang sekali. Di sana ada sejumlah pengembang, terutama pengembang besar, mereka banyak membangun perumahan dengan masif. Yang akhirnya membuat mereka berkontribusi terhadap meramaikan pembangunan di Surabaya,” terang Danny.
Menurut mantan Ketua DPD REI Jatim periode 2017-2020 itu, perkembangan di Surabaya Barat selaras dengan Kota Surabaya yang mempercantik diri dengan banyaknya taman serta berbagai infrastruktur lainnya yang lengkap.
Ia menambahkan, perkembangan di kawasan barat tidak hanya terhenti di wilayah administratif Kota Surabaya. Melainkan juga berdampak lebih luas dengan menyasar sejumlah wilayah di Kabupaten Gresik. Salah satunya Kecamatan Menganti.
“Surabaya Barat ini tumbuh luar biasa. Saya melihat Gresik akan menjadi penyangga Surabaya,” sebut Danny.
Dalam pembangunan di Surabaya Barat itu, menurut Danny, para pengembang pasti punya masterplan di mana hunian yang mereka bangun terintegrasi dengan fasilitas seperti mal, sekolah, universitas, hingga rumah sakit.
Bahkan, lanjut Danny, para pengembang di sana juga menciptakan jalan yang bagus dan mulus serta dengan drainase yang bagus pula.
“Konsep kota mandiri di Surabaya Barat itu sudah matang. Ketika membangun satu kota mandiri, semua fasilitas pasti disiapkan semua. Baik infrastruktur seperti mal, universitas, dan apartemen, sampai akses tol pun dipikirkan,” ujar Danny.
“Kalau mereka tidak bisa membuat sarana dan prasarana di sana, penjualan di perumahan tersebut juga tidak signifikan,” imbuh Danny.
Menurutnya, yang menikmati dari fasilitas lengkap ini bukan sekadar warga perumahan itu saja. Melainkan juga warga sekitar dan bahkan warga dari luar kota. “Bahkan warga di Sidoarjo dan Gresik itu juga healing di sana,” ungkapnya.
Sinergi antara Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dengan para pengembang juga berjalan sangat baik. Untuk mengatasi kemacetan di Jalan Mayjend Sungkono dan Jalan HR. Muhammad, misalnya. Dibangun underpass Bundaran Satelit yang beroperasi sejak 31 Mei 2019.
“Underpass itu sumbangsih dari 18 pengembang di Surabaya Barat untuk mengatasi kemacetan di Surabaya. Pembangunannya menggunakan dana CSR (corporate social responsibility) anggota REI Jatim yang membangun Surabaya Barat,” terang Danny.
Dengan hunian terintegrasi yang dibangun oleh para pengembang, ditambah sinergi yang sangat baik dengan Pemkot Surabaya, Danny sangat yakin harapan untuk menciptakan Singapore of Surabaya akan tercapai.
Selain itu, dengan pembangunan Radial Road dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) yang kini digarap oleh Pemkot Surabaya, Danny memprediksi pembangunan di Surabaya Barat akan semakin meluas.
“Saat dibangun infrastruktur, maka kawasan di sana juga akan berkembang secara signifikan. Pengembang pasti mem-plotting daerah itu untuk dibangun kawasan perumahan untuk sekian tahun ke depan. Jangan-jangan itu bisa ditarik sehingga Surabaya bisa seperti Jakarta dengan Jabodetabek-nya,” tutur Danny. (saf/iss)