Proyek transportasi publik kereta api komuter “Surabaya Regional Railways Lines” (SRRL) direncanakan bakal terhubung dengan kawasan industri kilang minyak milik Rusia Rosneft di, Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim).
Nyono Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Provinsi Jatim menjelaskan, proyek SRRL ini difungsikan untuk angkutan umum perkotaan dengan basis listrik semacam KRL (kereta rel listrik), dengan jalur operasi memakai milik PT. KAI.
“Untuk yang phase (fase) 1 A itu rute Gubeng sampai Sidoarjo. Kalau phase 1 B dari Pasar Turi sampai Babat, Lamongan terkoneksi dengan rencana kawasan industri pengilangan minyak milik Rusia Rosneft di Kabupaten Tuban,” ujar Nyono kepada suarasurabaya.net, Jumat (31/3/2023).
Saat ini proyek SRRL sedang memasuki tahap pelelangan DED (Detail Engineering Desain), serta studi lalu lintas rute Gubeng-Sidoarjo. Tahapan ini ditargetkan bisa rampung sebelum tahun 2025.
Sebab pada tahun 2025 merupakan tahapan untuk pembangunan infrastruktur meliputi jalur kereta, jalur elevated, jalur ganda, hingga peningkatan jalur. Pembangunan itu meliputi
wilayah Sidoarjo hingga Gubeng Surabaya, dengan jarak sepanjang 34,3 kilometer.
Tidak hanya itu, untuk melengkapi kesiapan komponen transportasi berbasis listrik, elektrifikasi jalur juga dilakukan pada tahun 2025 mendatang mulai dari Stasiun Pasar Turi ke Stasiun Sidoarjo.
“Semuanya akan dilakukan 2025–2026. Sementara konstruksi fisik akan dibangun pada 2027 karena beberapa ruas yang memerlukan fly over dan jalur elevated. Dan insyaAllah berakhir tahun 2029, realisasinya 2030,” ucap Nyono.
Keberadaan SRRL ini bakal membangun konektivitas transportasi publik di wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Tujuannya, tentu untuk membelah kemacetan di kota yang makin sulit untuk diurai.
Nantinya, sebagian besar nilai proyek SRRL tahap pertama ini akan memakai dana pinjaman (loan) nol persen dari KfW (Kreditanstalt Fur Wiederaufbau) bank Pembangunan Jerman.
Nilai anggaran untuk tahap pertama ini sebesar USD 250 juta atau Rp3,6 triliun, dari total proyek USD 338 juta atau setara Rp 4,9 triliun.
Meski pengerjaan proyek SRRL tahap pertama bakal dimulai dua tahun lagi, Nyono mengaku ada sejumlah tantangan yang harus diselesaikan untuk merealisasikan kereta api komuter ini. Salah satunya adalah pembebasan lahan.
“Rute Gubeng-Pasar Turi lahan masih belum clear, terutama yang di kawasan pasar turi ada permasalahan di sisi PT. KAI-nya. Untuk kendala yang lain sudah lancar, tidak ada masalah, FS (Feasibility studi), DED dan LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan) sudah on process and on target,” pungkas Nyono.
Seperti diketahui, proyek SRRL yang tercantum dalam Perpres 80/2019 memuat Percepatan Pembangunan Ekonomi di tiga wilayah yaitu Gerbangkertosusila, Bromo-Tengger-Semeru, dan Selingkar Wilis.
Rencana pembangunan proyek SRRL ini merupakan salah satu proyek strategis nasional, yang dicanangkan pemerintah pusat di enam kota besar, termasuk di Surabaya, Jatim. (wld/bil)