Program magang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri.
Hanya saja, meski dipekerjakan secara penuh waktu, tapi dalam Permenaker tidak mengatur kompensasi berupa upah, melainkan hanya berupa uang saku yang meliputi biaya transportasi, uang makan, dan insentif peserta pemagangan yang layak.
Tapi, fakta di lapangan tidak demikian. Masih banyak peserta magang yang tidak mendapatkan uang saku sama sekali.
Polling yang dilakukan Research and Development Suara Surabaya menunjukkan adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dari data Gatekeeper, sebanyak 16 dari 34 orang (47 persen) setuju pemagang mendapatkan uang saku, dan 18 orang (53 persen) sisanya tidak setuju.
Tapi dari hasil polling di Instagram, sebanyak 334 dari total 457 voters (77 persen) setuju peserta magang menerima uang saku. Sedangkan sisanya 123 voters (27 persen) tidak setuju.
Lantas, apakah sebaiknya pemagang mendapatkan uang saku atau tidak?
Doktor (Dr). Fenika Wulani Dosen Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menegaskan, program magang seharusnya menguntungkan mahasiswa maupun perusahaan.
Bagi perusahaan, ada sejumlah manfaat yang mereka terima dengan kehadiran pemagang. Pertama, perusahaan mendapat tenaga bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini lebih efektif karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan cost untuk menambah karyawan.
Selain itu, kehadiran peserta magang adalah investasi karyawan pada masa depan. Jika pemagang menunjukkan performa bagus, maka mereka bisa dibidik menjadi calon karyawan.
Selanjutnya, perusahaan dapat memberdayakan karyawan senior untuk mempraktikkan ilmu leadership dengan cara mendampingi dan membimbing peserta magang.
“Ini kesempatan ke karyawan senior untuk belajar mengajari orang baru. Latihan jadi mentor,” kata Fenika dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Kamis (22/6/2023) pagi.
Poin selanjutnya adalah, kehadiran peserta magang sangat menguntungkan karena perusahaan akan mendapat ide-ide baru yang lebih fresh.
Yang tak kalah penting, peserta magang bisa menjadi publisitas positif perusahaan jika mereka diperlakukan baik selama proses magang.
Lantas, apa yang layak didapatkan peserta magang?
Aspek pertama adalah lingkungan kerja yang baik. Dalam hal ini pemagang mendapatkan bimbingan dari karyawan yang ditunjuk sebagai mentor atau pendamping.
“Soal uang saku, karena mereka bukan karyawan, memang tidak ditentukan berapa besarannya. Namun kalau pemagang ini bekerja dengan bagus, perlu diberikan penghargaan,” ungkapnya.
Fenika menekankan tentang perlunya perusahaan menginformasikan informasi kriteria pemagang yang diinginkan. Seperti tipe perusahaan dan tipe pekerja yang dibutuhkan. Termasuk hari libur serta benefit yang akan didapatkan pemagang.
“Perlu diinformasikan ke peserta magang bahwa imbalan itu tidak hanya soal uang. Pengalaman belajar, punya jejaring di perusahaan, memahami aturan berkomunikasi, adalah hal-hal lain yang akan didapatkan. Hal ini harus disampaikan di awal. Sehingga tidak ada yang kecewa,” jabarnya.
Selama proses magang itu, perusahaan juga harus mempersiapkan program atau tugas untuk pemagang. Dia menekankan agar tidak ada pemagang yang menganggur selama proses magang.
Dalam beberapa kasus, ditemui peserta magang yang bekerja melebihi kewajaran. Bahkan ada yang membawa pekerjaannya untuk diselesaikan di rumah.
Fenika menyebut fenomena ini bisa terjadi dengan dua sebab. Kinerja pemagang tidak cukup cepat atau beban kerja mereka memang cukup berat.
“Perusahaan dapat menyesuaikan dengan cara menyiapkan beban bahwa kerja yang bisa diselesaikan dalam sehari. Selain itu, seleksi atau tes sebelum magang itu penting untuk menghindari ada pemagang membawa pekerjaan sampai ke rumah,” jabarnya.
Kepada perusahaan yang menerima program magang, Fenika berharap ada perjanjian atau kesepakatan yang jelas antara institusi pendidikan dengan perusahaan.
Selain itu, harus ada wawancara atau tes sebelum program magang dimulai. Terakhir, supaya proses magang berjalan lancar seluruh pihak di perusahaan harus menyambut, mendukung, dan membimbing peserta magang.
Terakhir dan tak kalah penting, memberikan kesempatan kepada peserta magang untuk menyampaikan ide-ide terkait pekerjaan.
“Anak-anak muda ini idenya luar biasa. Itu kesempatan perusahaan melihat dari sisi konsumen. Termasuk memberikan kesempatan anak magang untuk mempraktekkan pengetahuannya dalam hal teknologi,” tutur Fenika. (saf/iss)