Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Tenaga Kesehatan Jawa Timur (Aiptinakes Jatim) menjalin kerja sama internasional melalui Aiptinakes International Conference of Health (AICH 2023) untuk mengimplementasikan Kampus Merdeka yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Aries Wahyuningsih Ketua Aiptinakes Jatim mengatakan, kegiatan tersebut juga sebagai upaya untuk menindaklanjuti kerja sama internasional sebelumnya yang dilakukan dengan Mahsa University Malaysia. Kerja sama tersebut meliputi sharing pengalaman dan keilmuan pendidikan tenaga kesehatan, saling bertukar pembicara webinar internasional, kolaborasi riset dan publikasi penelitian internasional secara bersama-sama, hingga pengabdian masyarakat.
“Aiptinakes ini di dalamnya ada perawat, bidan, analis, farmasi, dan administrasi kesehatan. Dari kerja sama internasional ini nantinya bisa diterapkan di semua perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi tenaga kesehatan atau anggota Aiptinakes agar diimplementasikan di dunia pendidikan. Tujuan utamanya untuk memajukan perguruan tinggi tenaga kesehatan,” ucapnya dalam keterangan yang diterima, Minggu (28/8/2023).
Selain kerja sama internasional, kata dia, Aiptinakes Jatim juga mendorong 37 anggota perguruan tinggi tenaga kesehatan se-Jatim untuk membangun kompetensi yang baik. Sehingga, saat terjun di dunia kerja nanti, seluruhnya sudah siap untuk bekerja dan memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
“Harapan kami dengan konferensi kesehatan internasional ini, dapat membangun jejaring yang lebih luas, tentunya kita bisa tukar menukar pengajar maupun mahasiswa dan memiliki pengalaman go internasional. Sehingga, mereka memiliki kompetensi masing-masing dan nanti pemberdayaan lebih kepada sumber daya manusia, bahkan lulusan tenaga kesehatan bisa bekerja di luar negeri,” jelasnya.
Sementara itu, Dyah Sawitri Ketua LLDIKTI Wilayah VII Jatim, menyatakan bahwa digelarnya konferensi kesehatan internasional itu, turut mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang saat ini harus ada kerja sama internasional, baik pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Sehingga menurutnya, kreativitas pengajar bisa dikembangkan melalui konferensi tersebut.
“Sekarang ini adalah kebutuhan. Kalau dulu tidak eksis dalam internasional. Tapi, sekarang seluruh perguruan tinggi memang harus ada kerja sama internasional yang diimplementasikan hanya MoU saja. Dan, ini kebanggaan bagi kami dan ini adalah perguruan tinggi kesehatan betul-betul bermanfaat bagi masyarakat, terutama Jawa Timur,” tuturnya.
Lebih Lanjut, ia menjelaskan bahwa implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas Kemendikbudristek, juga bisa dilakukan secara internal di kampus. Yakni, dengan belajar di program studi (Prodi) berbeda sebanyak tiga semester.
“Namun, kerja sama di luar negeri atau di luar kampus memiliki nilai tambah yang luar biasa, karena di negeri orang dalam belajar berbeda. Selain itu, kekuatan dan peluang baru untuk belajar di dunia kerja berbeda. Sehingga, mengasah keterampilan mereka untk melakukan perubahan terkait dengan konsep-konsep dalam bidang kesehatan,” ujarnya.
Sebagai informasi, kegiatan yang mengangkat tema ‘Strengthening health educational institutions in the implementation of Merdeka Campuses to create a resilient society’ atau penguatan perguruan tinggi kesehatan dalam mengimplementasian merdeka kampus untuk mewujudkan masyarakat tangguh itu, digelar kali pertama pascapandemi COVID-19.(ris/iss)