Simpang Balai Pemuda atau gedung Simpangsche Societeit merupakan tempat yang dikenal sebagai tempat pembantaian. Peristiwa tersebut terjadi di tahun 1945, setelah peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, Surabaya.
Peristiwa penculikan Sutomo atau yang dikenal dengan Bung Tomo tersebut dilakukan oleh Ketua Partai Rakjat Indonesia (PRI), juga mengakui dalam memoarnya telah melakukan penculikan terhadap Bung Tomo.
“Kalau bicara Simpang, Bung Tomo sendiri di memoarnya itu menuliskan bahwa dia adalah korban, dia juga diculik di Simpang itu,” ujar Ady Setyawan saat mengudara dengan Suara Surabaya, Selasa (7/11/2023).
Ady Setyawan, pendiri komunitas sejarah Roode Brug Soerabaia mengatakan, dalam sejarah Belanda, Bung Tomo dituduh sebagai pemimpin dari pembantaian yang berada di Simpang. Namun, nyatanya Bung Tomo dalam peristiwa tersebut merupakan korban penculikan dan penculiknya juga mengakui hal tersebut, lanjutnya.
“Sutomo digambarkan sebagai orang yang jahat oleh Belanda karena saat itu (tahun 1945) dia mempunyai media radio. Dia orang yang paling jos yang menggunakan media. Akhirnya itu disematkan ke Sutomo,” tutur sejarahwan dan penulis buku.
Dalam historigrafi Indonesia juga tertulis ada orang yang melakukan hal tersebut, tapi berakhir dengan dieksekusi TNI karena melakukan tindakan-tindakan di luar protokol atau hal yang tidak benar.
Temuan sejarah mengenai Bung Tomo dan Simpang Balai Pemuda tersebut akan disampaikan dalam kegiatan debat sejarah dengan Belanda mengenai cerita, fakta, dan arsip-arsip dari kedua negara.
Untuk diketahui, debat tersebut diadakan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 9 November 2023 di gedung De Balie yang juga ditayangkan secara live melalui website debalie.nl pukul 02.00 waktu Indonesia. Dan pada hari itu juga, Ady akan merilis buku yang dia tulis bersama Marjolein van Pagee mengenai kesaksian-kesaksian orang Surabaya yang terlibat dalam perang dari berbagai sisi pekerjaan.(ath/iss)