Dinas Pendidikan Kota Surabaya sedang mengkaji modul pendidikan seks bagi para pelajar tingkat SD-SMP. Pembelajaran untuk mencegah pelecehan seksual pada anak-anak itu, rencananya akan diterapkan tahun ini.
Yusuf Masruh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya menyebut, hingga kini modul pendidikan seks itu masih dibahas dengan melibatkan beragam ahli akademisi, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dan pihak terkait lainnya. Harapannya, kedepan bentuk-bentuk pelecehan bisa dipahami oleh guru dan muridnya.
“Kita siapkan untuk teman-teman guru. Nah ini kan tatanan teman-teman guru, siswa, bisa sinkron. Maka dia tahu batas-batasannya mana yang boleh dan mana yang tidak. Jadi ini yang nanti mungkin kita khususnya juga guru agama, guru BK, ini saya kuati dengan harapan nanti anak-anak itu tahu batasannya, dan teman-teman guru juga bisa mengedukasi anak,” paparnya, Kamis (2/3/2023).
Dia memastikan, kalau modul pendidikan seks ini sudah bisa diterapkan mulai semester depan, Juli 2023. Pertimbangannya, untuk mengantisipasi masa peralihan usia khususnya pelajar kelas lima SD, hingga pelajar kelas 8 SMP.
“Tahun ini maksimal semester depan harus jalan. Nanti evaluasi terus mana yang ditambah, mana yang pengembangan untuk anak-anak itu. Soalnya perubahan-perubahan budaya karakter sekolah kan tidak sama,” bebernya.
Soal isi modul, Yusuf belum mau menggambarkan. Menurutnya, yang jelas berbeda bagi SD dan SMP. Rencananya modul itu diselipkan saat pembelajaran agama.
“Kalau modelnya sih sama. Cuman substansi materinya untuk anak-anak kan tidak sama, soalnya kan usianya tidak sama. Mungkin kalau itu masih saya bahas. Paling kuat di agama. Keagamaan kita kuatin,” tandasnya. (lta/bil/rst)