Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) sudah menyentuh 207 balai RW.
Itu merupakan upaya mewujudkan Kota Surabaya sebagai Kota Layak Anak (KLA), dengan fokus menguatkan serta meningkatkan ketahanan keluarga.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyampaikan, Puspaga adalah layanan konseling yang dilakukan secara langsung dan daring soal anak, remaja, keluarga, anak berkebutuhan khusus (ABK), hingga calon pengantin (catin).
Layanan fasilitas berupa sosialisasi, edukasi, dan informasi, juga bimbingan masyarakat melalui kegiatan catin, kelas parenting, Puspaga Balai RW, Talkshow Ngobrol Asik Bareng Puspaga (Ngobras). Kemudian ada juga live IG (siaran langsung melalui aplikasi Instagram)/Webinar Parenting Jumat Seru, dan publikasi komunikasi informasi edukasi media cetak dan elektronik.
“Kita sudah berjalan, seperti di Balai RW 5 Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng Surabaya sebagai Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga). Di sana juga sudah berjalan program Sinau dan Mengaji Bareng,” kata Eri lewat keterangan resmi yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (23/6/2023).
Eri memastikan berbagai layanan itu untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi persoalan anak dan keluarga.
“Puspaga juga memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Selain itu pemenuhan hak anak di tingkat RW bagi keluarga berjejaring banyak pihak, serta masyarakat pemerhati keluarga khususnya perempuan dan anak,” jelasnya.
Terpisah, Ida Widayati Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) Surabaya mengatakan, saat ini total sudah ada 207 Balai RW di Surabaya yang membuka layanan Puspaga.
“Dari sisi petugas kita sudah bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Surabaya, termasuk mahasiswa penerima beasiswa yang difasilitasi oleh Pemkot Surabaya. Mereka membantu kami mendata beberapa kasus yang membutuhkan psikolog profesional maupun konselor yang ada di DP3A-P2KB,” kata Ida.
Dia mengakui kalau sampai sekarang, pihaknya masih membutuhkan volunteer (relawan) bergelar sarjana psikologi dalam pelaksanaan Puspaga di Balai RW.
“Kita masih berupaya untuk menjaring itu karena membutuhkan banyak tenaga untuk Puspaga di Balai RW. Sebab, layanan Puspaga berjalan bersamaan. Semoga ke depan banyak yang bisa bergabung,” ungkapnya.
Sejauh ini, sebagian besar keluhan yang diterima di Puspaga Balai RW mengenai anak-anak yang dianggap tidak patuh terhadap orang tua.
“Semua tidak selalu kesalahan anak, karena banyak orang tua yang memaksakan kehendaknya, hal itu memicu terciptanya komunikasi yang kurang baik dengan anak. Mang kita rutin untuk melakukan sosialisasi pola asuh dan pencegahan kenakalan remaja agar mereka tahu kenapa anak bisa berperilaku seperti itu. Serta bagaimana cara untuk bisa dipahami,” terangnya.
Sementara, dalam upaya penanganan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, DP3APPKB Surabaya telah memetakan kebutuhan itu. Pada kasus tertentu yang membutuhkan pendampingan dari psikolog profesional, DP3APPKB Surabaya telah membaginya di setiap wilayah di Kota Surabaya.
“Pada beberapa kasus kekerasan, Puspaga tingkat kota akan turun untuk melakukan pendampingan. Petugas menyampaikan data kasus dan korban, langsung kita tindaklanjuti. Untuk kasus yang bersifat sedang maka konselor DP3A-P2KB yang akan turun melakukan pendampingan,” pungkasnya. (lta/bil/faz)