Jumat, 22 November 2024

Pemerintah Genjot Peningkatan Produksi Padi-Jagung untuk Wujudkan Swasembada

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Andi Amran Sulaiman Menteri Pertanian. Foto: Antara Andi Amran Sulaiman Menteri Pertanian. Foto: Antara

Andi Amran Sulaiman Menteri Pertanian (Mentan) menggenjot upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi dan jagung 2023-2024. Tujuannya menggenjot produksi dan stok dalam negeri, menekan impor, hingga Indonesia kembali swasembada.

“Yang pertama kita lakukan percepatan tanam. Harapannya kita meningkatkan produksi, menekan impor di tahun berikutnya, sehingga kita turun ke lapangan untuk pastikan semua yang bisa melakukan tanam sekarang kita segera tanam,” kata Mentan dilansir Antara, Kamis (23/11/2023).

Amran pun meminta kepada daerah dan kepala dinas provinsi dan kabupaten untuk segera melakukan percepatan pada lahan-lahan yang saat ini tersedia airnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) tentunya mendukung dengan memberikan bantuan bibit, pupuk, mekanisasi pertanian, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang menjadi modal petani dan pendampingan penyuluhan.

“Untuk menghindari terjadinya kekurangan pangan tahun depan, kita tingkatkan produksi dan dalam dua tahun kemudian, mudah-mudahan bisa impornya kecil. Lalu tahun berikutnya semoga kita bisa swasembada kembali seperti tahun 2017, 2019, 2020,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Suwandi Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan pada tahun 2023 pihaknya menargetkan produksi beras sebesar 32 juta ton dan produksi jagung sebanyak 16 juta ton. Sementara di tahun 2024, produksi beras ditargetkan 34 juta ton dan jagung 18 juta ton.

Untuk mencapai target ini, lanjutnya, Kementan mengalokasikan bantuan Program Upsus akselerasi produksi tahun 2024 untuk padi 2 juta hektare dan jagung sebesar 2,1 juta hektare. Di Provinsi Jatim, untuk padi sebesar 335 ribu hektare dan jagung 171 ribu hektare.

Program Upsus peningkatan produksi padi di antaranya dilakukan melalui mekanisasi percepatan tanam, penggunaan benih unggul, meningkatkan penggunaan pupuk non subsidi atau hayati dan memperbaiki pengelolaan tata kelola air irigasi.

“Selanjutnya dengan meningkatkan bimbingan teknis dan frekuensi penyuluhan, penerapan teknologi budidaya dan integrated farming, penerapan jeda waktu panen ke tanam maksimal 15 hari, mempermudah akses KUR untuk modal dan mekanisasi, menjalin kemitraan dengan off taker,” kata Suwandi. (ant/mel/saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs