Sabtu, 23 November 2024

PDIP dan Tokoh Agama Serukan Pemilu Damai: Ambisi Politik Merusak Pertalian Antar Masyarakat

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Hamka Haq saat memberikan sambutan acara Simposium Nasional bertajuk ‘Kedamaian Berbangsa Menuju Pemilu 2024 Tanpa Politisasi Agama’ di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/3/2023). Foto : Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Prof. Hamka Haq Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Keagamaan dan Kepercayaan kepada Tuhan YME menyoroti soal konflik mengatasnamakan agama yang terjadi di tengah masyarakat.

Di mana, kata dia konflik itu justru membuat perpecahan antar anak bangsa. Apalagi, menjelang Pemilu, konflik kerap diciptakan atas nama agama. Padahal, Hamka meyakini bahwa konflik yang terjadi bukan hal itu, melainkan karena adanya ambisi politik dari kelompok tertentu.

Hal itu disampaikan Hamka dalam sambutan acara Simposium Nasional bertajuk ‘Kedamaian Berbangsa Menuju Pemilu 2024 Tanpa Politisasi Agama’ di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/3/2023). Megawati Soekarnoputri Ketua Umum DPP PDIP pun turut hadir secara virtual dalam acara tersebut.

“Konflik di antara kita biasanya terjadi bukan karena ajaran agama tetapi ambisi politik yang mengatasnamakan agama. Ambisi politik yang ingin menguasai kelompok lain, yang ingin hidup sendiri di negara ini dan mengabaikan kepentingan kelompok-kelompok lain,” kata Hamka.

“Ambisi politik itulah yang merusak pertalian,” sambung dia.

Dia mengajak umat Islam yang merupakan mayoritas bangsa ini seharusnya menjadi pelopor perdamaian dan pelopor persaudaraan.

“Jangan menjadi pelopor perpecahan. Jangan menjadi sumber kegaduhan di tengah masyarakat Indonesia yang sudah damai,” ucapnya.

Ketua Umum PP Baitul Muslimin Indonesia ini menambahkan, bahwa Islam adalah agama damai. Hal itu bisa dibuktikan dari berbagai haditz, dan juga dalam sejarah praktik Rasulullah dan para sahabatnya.

“Mereka hidup berdamai di Madinah, mengawal konstitusi. Dalam konstitusi Madinah semua agama yang ada di Madinah khusunya kaum Nasrani dan Yahudi diakui eksistensinya,” terangnya.

Maka, dia mengatakan bahwa ketika di Indonesia semua umat beragama dan aliran kepercayaan taat dan setia pada Pancasila yang merupakan konstitusi bersama.

“Marilah kita umat beragama dan aliran kepercayaan apapun untuk bersama-sama melestarikan kenikmatan, meneruskan tradisi persaudaraan kebangsaan ini dengan menghayati dan mengamalkan secara benar agama kita masing-masing. Karena saya yakin semua agama mengajarkan kedamaian. Tidak ada agama yang mengajarkan konflik,” tegasnya.

Acara Simposium Nasional ini dihadiri oleh perwakilan tokoh agama. Antara lain KH. Yahya Cholil Staquf Ketua Umum PBNU, Prof. Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah , Mgr. Antonius Subianto Bunjamin Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Pdt. Gomar Gultom Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Lalu, Siti Hartati Murdaya Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI), Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan WS Budi Santoso Tanuwibowo Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN).

Kemudian, Tokoh Lintas Agama Prof. Alwi Abdurrahman Shihab dan Prof. Amany Burhanuddin Umar Lubis Akademisi.

Nantinya, acara juga akan dilanjutkan dengan ‘Deklarasi Bersama untuk Kedamaian, Pemilu Berkualitas 2024’ yang dibacakan para tokoh agama tersebut. Penutupan Simposium Nasional ini akan dipimpin oleh Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDI Perjuangan pada sore hari.(faz/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs