Nasyirul Falah Amru Ketua Tanfiziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengaku prihatin dan menyoroti kasus pembotakan 19 siswi karena berjilbab tanpa memakai daleman kerudung atau ciput di SMP Negeri 1 Sidodadi Lamongan, Jawa Timur.
“Oknum guru itu sangat tercela, intimidatif tindakannya. Apalagi, pemakaian ciput dalam jilbab sebenarnya tidak diwajibkan dalam agama,” kata Gus Falah sapaan akrabnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (31/8/2023) yang dikutip Antara.
Sebelumnya, tindakan pembotakan itu dilakukan seorang oknum guru berinisial EN, Rabu (23/8/2023) pekan lalu. Aksinya kemudian mendapat protes keras dari orang tua para korban, dengan mendatangi sekolah.
Dia membotaki rambut bagian depan para siswi dengan mesin cukur karena mereka menggunakan jilbab tanpa ciput. Padahal, tidak ada aturan yang mewajibkan sisi harus mengenakan ciput di SMPN 1 Sukodadi.
Menurut Gus Falah yang juga anggota DPR RI Dapil Lamongan dan Gresik, tindakan oknum guru itu tak bisa dibenarkan meskipun mungkin bertujuan baik. Ini karena cara yang digunakan EN dinilai sangat tidak baik.
Seharusnya, kata Gus Falah, oknum guru itu harusnya melakukan cara-cara yang baik dan santun bila ingin siswinya menggunakan ciput dalam berjilbab.
“Seharusnya sang guru mengajak siswinya pada kebaikan dengan cara yang baik dan penuh kesantunan, mauidhatul hasanah. Dalam Islam, tak dibenarkan melakukan amar makruf dengan cara-cara mungkar,” katanya menegaskan.
Ketua Tanfiziah PBNU itu mendesak negara, terutama pemerintah daerah setempat, untuk menindak oknum guru tersebut. Ia juga meminta pemda menangani dampak psikologis para siswi korban pembotakan.
“Saya mengapresiasi Dinas Pendidikan Lamongan yang telah menarik oknum guru itu dari kegiatan mengajar. Pemda juga harus memastikan agar peristiwa semacam ini tak terjadi lagi di seluruh sekolah di Lamongan,” kata putra dari ulama NU Ponorogo K.H. Amru Al Mu’tasyim itu.(ant/bil/ipg)