Jumat, 22 November 2024

Pantau Kualitas Udara Lebih Rutin, DLH Surabaya Akan Sebar Alat Pemantau

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Foto: Meilita suarasurabaya.net

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya akan menambah dan menyebar alat pemantauan udara portabel demi memantau kualitas udara lebih rutin.

Agus Hebi Djuniantoro Kepala DLH Kota Surabaya menyebut, alat pemantau udara portabel berguna sebagai perbandingan dengan hasil melalui Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambient (SPKUA).

Di Surabaya, ada tiga alat pemantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), lanjut Hebi. Terdiri dari SPKUA Wonorejo, Kebonsari, dan SPKUA Tandes.

“Pemantau kualitas udara ini harus diperbanyak titiknya. Kita hanya punya dua alat pemantauan ISPU itu (Wonorejo dan Kebonsari), Tandes itu pun milik pemerintah pusat, nah harus dirawat tiga ini” kata Hebi, Rabu (23/8/2023).

Pemantauan di stasiun milik pemkot, sambungnya memakai lima parameter dalam mengukur kualitas udara di Kota Surabaya. Mulai dari SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), dan PM10 (partikulat).

“Dengan parameter tersebut menunjukkan bahwa mulai Januari sampai 14 Agustus 2023, data ISPU hari baik sebanyak 58 dan hari sedang sebanyak 168,” beber Hebi.

Sementara Stasiun Tandes milik pemerintah pusat, menggunakan tujuh parameter pengukuran udara, yakni SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), HC (hidrokarbon), PM10 dan PM2.5 (partikulat).

“Dengan parameter tersebut menunjukkan, bahwa mulai Januari – 17 Agustus 2023, data ISPU hari baik sebanyak 129 dan hari sedang sebanyak 100,” imbuhnya.

Dengan adanya alat pemantau portabel yang bertambah, hasilnya nanti akan dianalisa dan dibandingkan dengan pemantauan stasiun untuk pengkajian lebih lanjut.

Selain mengandalkan alat pemantauan kualitas udara, Hebi menyebut langkah yang lebih penting adalah sosialisasi ke masyarakat untuk menunda bepergian pada jam tertentu.

“Misal, di Jalan Ahmad Yani pada jam tertentu itu tingkat polusinya tinggi, maka harus diworo-woro (diimbau) untuk memakai masker ketika berkendara menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, kalau bisa hindari keluar rumah ketika di jam tertentu,” paparnya.

Ia juga mengimbau warga yang tinggal di tepi jalan, bisa menanam tumbuhan yang ampuh menyerap polusi udara seperti jenis Sansevieria (Lidah Mertua).

“Itu (Sansevieria) wajib ditanam oleh warga yang rumahnya di tepi jalan. Itu akan lebih baik,” pungkasnya. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs