Riyad al-Mansour utusan Palestina untuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi rancangan resolusi, yang mengupayakan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, Jumat (8/12/2023).
Kegagalan itu imbas Amerika Serikat (AS) memveto resolusi yang didukung oleh hampir 100 negara anggota PBB. Mansour menyebut kegagalan tersebut “sangat disesalkan” dan merupakan suatu “bencana.”
Resolusi tersebut mendapat dukungan dari 13 anggota Dewan Keamanan. Inggris, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto sama seperti AS, memilih untuk abstain.
“Alih-alih membiarkan dewan ini menegakkan mandatnya dengan akhirnya membuat seruan yang jelas, setelah dua bulan, bahwa kekejaman harus diakhiri, para penjahat perang diberi lebih banyak waktu untuk melanggengkan kejahatan mereka. Bagaimana hal ini bisa dibenarkan? Bagaimana bisa mereka membenarkan pembantaian seluruh bangsa?” kata Mansour seperti dilansir Antara dari kantor berita Anadolu, Sabtu (9/12/2023).
Mansour pun mengulangi seruannya untuk gencatan senjata, dengan mengatakan “setiap hari berarti hilangnya nyawa, orang terbunuh dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern.”
Rancangan resolusi tersebut menyerukan semua pihak yang berkonflik untuk mematuhi hukum internasional, khususnya perlindungan warga sipil, menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera, dan meminta Antonio Guterres Sekretaris Jenderal PBB, melaporkan pada Dewan Keamanan mengenai pelaksanaan gencatan senjata.
Uni Emirat Arab (UAE), yang memperkenalkan rancangan tersebut, mengatakan pihaknya berupaya menyelesaikan resolusi tersebut secepatnya karena meningkatnya jumlah korban meninggal selama perang 63 hari tersebut.
Sementara Robert Wood Wakil Tetap AS untuk PBB mengatakan, bahwa pemerintahan Biden menggunakan hak vetonya karena gencatan senjata akan memungkinkan Hamas untuk tetap menguasai Gaza.
“Selama Hamas berpegang teguh pada ideologi penghancurannya, gencatan senjata apa pun hanya bersifat sementara dan tentunya bukan perdamaian. Dan gencatan senjata apa pun yang membuat Hamas menguasai Gaza akan menghilangkan kesempatan warga sipil Palestina untuk membangun sesuatu yang lebih baik untuk diri mereka sendiri,” katanya.
“Oleh karena itu, meski Amerika Serikat sangat mendukung perdamaian abadi di mana Israel dan Palestina dapat hidup damai dan aman, kami tidak mendukung seruan resolusi untuk gencatan senjata yang tidak berkelanjutan yang hanya akan menjadi benih perang berikutnya,” sambungnya.
Untuk diketahui, menurut data resmi dari otoritas Gaza, lebih dari 17 ribu orang meninggal di dalam penembakan dan serangan udara Israel yang tanpa henti di wilayah tersebut.
Sekitar 70 persen korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 46 ribu lainnya terluka. Sekitar 1,8 juta warga Palestina menjadi pengungsi internal.
Israel memulai perang tersebut sebagai pembalasan terhadap kelompok Palestina, Hamas, yang melakukan serangan lintas batas pada 7 Oktober yang memakan 1.200 korban jiwa dari warga Israel. Sekitar 240 orang lainnya dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera. (ant/bil/iss)