Jumat, 22 November 2024

Pakar: Suara Petasan Bisa Memicu Cedera Kepala dan Organ Vital Bayi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
ilustrasi petasan. Foto: istockphoto

Gina Noor Djalilah Dosen Spesialis Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya angkat bicara soal asus kematian pada bayi berusia 38 hari asal Gresik karena kaget mendengar kerasnya ledakan petasan.

Menurutnya, bunyi ledakan memiliki di luar ambang batas sangat berbahaya buat organ pendengaran, dan organ-organ vital seperti otak, jantung, hingga paru-paru.

“Suara petasan memiliki frekuensi 150-175 desibel. Zedangkan pada manusia ada di batas 30-90 desibel,” ujarnya dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (30/4/2023).

Tekanan yang melampaui batas, kata Gina, bisa merusak dengan mensensitisasi batang otak yang juga memiliki banyak fungsi seperti pusat pernapasan, pendengaran dan juga pengaturan suhu tubuh.

Sehingga, selain pendengaran yang terganggu, tekanan besar yang dihasilkan dari suara petasan juga menjadi faktor pemicu kelainan bayi sejak lahir, seperti penyakit jantung bawaan hingga kejang.

“Jadi, penyebab dari pecah pembuluh bukan menjadi faktor penyebab utama dan harus dilihat faktor-faktor pendukung lainnya dari bayi,” paparnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan suara keras dari petasan belum tentu menjadi penyebab meninggalnya bayi. Tapi, bisa menjadi pemicu awal.

Dokter Gina menambahkan, pada bayi masih terdapat reflek moro atau refleks kaget yang bisa muncul begitu ada suara yang keras.

“Bayi berusia di bawah 60 hari rentan mengalami cedera kepala,” ungkapnya.

Dengan adanya kasus kematian, dia mengimbau para orang tua agar lebih aware terhadap permainan anak-anak.

“Itu bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pada kasus di Gresik,” pungkasnya.(ris/abd/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs