Buntut kejadian siswa SD dari Banyuwangi yang bunuh diri akibat bullying dari teman-temannya karena disebut yatim atau tidak memiliki ayah, Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya buka suara.
Uswatun menegaskan, bullying sangat berbahaya bagi anak-anak maupun remaja, karena dapat mengganggu perkembangan sosial, akademik, memiliki efek buruk pada kesehatan fisik hingga mental.
“Efek paling awal yang dialami korban bullying secara mental adalah kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak berharga sehingga korban pada akhirnya mengalami gangguan konsep diri yang menetap,” ucapnya pada Senin (6/3/2023).
Ia menjelaskan, siswa yang sering diintimidasi, kecemasan dalam dirinya akan berkembang hingga memiliki masalah depresi.
“Yang umumnya ditandai dengan perubahan perilaku, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, gangguan emosional, kehilangan minat dan bahkan berpikir untuk bunuh diri,” jelasnya.
Selain berdampak terhadap kesehatan mental, kata Uswah, aspek akademik siswa juga akan terganggu. Yakni seperti prestasi menurun, kehilangan konsentrasi atau bahkan menolak untuk bersekolah lagi.
Sementara dampak sosialnya, ia menyebut, korban akan merasa malu untuk berbaur maupun berinteraksi dengan orang lain.
“Sehingga pada jangka panjang korban akan mulai menarik diri bahkan mengisolasi diri dari lingkungan teman sebaya bahkan lingkungan sosial secara menyeluruh,” jelasnya.
Lebih lanjut, kata Uswatun, bullying juga dapat berdampak pada aspek fisik. Karena menurutnya, pelaku atau yang melakukan intimidasi secara berulang memiliki risiko lebih besar untuk melakukan kekerasan fisik dan pertengkaran verbal.
Yang mana menurutnya, pelaku cenderung menolak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.
“Penolakan ini dapat terjadi salah satunya karena perilaku bullying dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa dilakukan oleh anak-anak maupun remaja seusianya. Sehingga secara tidak langsung pelaku bullying beranggapan mereka mendapatkan legalitas dari orang dewasa atas tindakan kekerasan yang mereka lakukan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan, anak-anak yang menggertak orang lain berisiko mengembangkan perilaku antisosial, agresif dan memiliki masalah akademis.
Dengan banyaknya dampak bullying, baik bagi korban maupun pelaku, ia menyatakan orang tua, teman sebaya, lingkungan sekolah, masyarakat hingga pemerintah perlu ambil andil dalam melakukan pengawasan dan penyusunan kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut
“Sehingga fenomena dan peningkatan angka kasus bullying dapat dicegah secara tepat,” pungkasnya.(ris/iss/ipg)