Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel, pada Jumat (13/10/2023), menekankan kalau serangan ke Jalur Gaza “hanyalah permulaan”.
“Kami menyerang musuh-musuh kami (Hamas) dengan kekuatan yang belum pernah ada, dan saya pastikan bahwa ini hanya permulaan. Musuh kami baru mulai menanggung akibatnya,” ujarnya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi Channel 12 Israel.
Seperti dilaporkan Antara mengutip kantor berita Anadolu, Netanyahu mengatakan Israel akan mengakhiri pertempuran pada saat yang tepat setelah Hamas dikalahkan.
Dia menekankan bahwa Tel Aviv sedang memobilisasi dukungan internasional besar-besaran untuk operasi itu, sembari mencatat perkiraan pasokan amunisi dan persenjataan dari Amerika Serikat.
Netanyahu bahkan bersumpah di banyak kesempatan memberantas gerakan Hamas, sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat jumlah warganya yang meninggal telah meningkat menjadi 1.799 dan sebanyak 6.612 terluka akibat serangan bom sejak Sabtu pekan lalu, termasuk 1.644 anak-anak dan 1.005 wanita.
Konflik dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa – sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut dan udara.
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki Israel. Serta, meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi untuk membalas Hamas, dengan menargetkan Jalur Gaza.
Serangan balasan tersebut meluas hingga pemotongan pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah tersebut yang berada dalam blokade sejak tahun 2007. (ant/bil/ipg)