Jumat, 22 November 2024

Mgr. Vincentius Uskup Surabaya Disemayamkan di Gereja Katedral, Dimakamkan di Kediri

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Umat terus berdatangan menjelang jenazah Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono Uskup Surabaya akan di-misa requiem di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus, Kamis (10/8/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Sebelum dimakamkan, jenazah Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono Uskup Surabaya disemayamkan ke Gereja Katedral Hati Kudus Yesus mulai malam ini, Kamis (10/8/2023).

Agustinus Tri Budi Utomo Vikaris Pastoral Keuskupan Surabaya menerangkan, usai Mgr. Vincentius menghembuskan napas terakhir pagi tadi pukul 10.29 WIB di ruang intensive care unit (ICU) RS Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya, jenazahnya tiba di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Jalan Polisi Istimewa.

Pantauan suarasurabaya.net, jenazah tiba pukul 18.45 WIB. Selama disemayamkan di Gereja Katedral ada beberapa rangkaian agenda yang digelar hingga akhirnya dimakamkan.

Usai tiba, dilakukan rangkaian pembukaan peti jenazah serta penyambutan jenazah masuk gereja. Dilanjutkan misa requiem dan penutupan peti dipimpin Mgr. H. Pidyarto O.Carm Selebran Utama Uskup Malang pukul 20.00 WIB.

Sementara misa requiem kembali dilakukan besok, Jumat (11/8/2023) pukul 18.00 WIB.

“Besok tetap memberi kesempatan tamu dan pejabat pemerintah untuk bela sungkawa,” katanya lagi.

Hingga yang terakhir, Sabtu (12/8/2023), misa digelar lagi sebelum melepas jenazah untuk dimakamkan di Mausoleum Puhsarang Kediri.

“Sabtu pagi jam 9 misa requiem lagi dan pemberangkatan jenazah menuju pemakamannya di Mausoleum Puhsarang Kediri kira-kira berangkat jam 11 siang dari Gereja Katedral,” terangnya.

Mengenang Mgr. Vincentius, menurut Agustinus, Uskup asli Perak Surabaya itu dikenal ramah dengan gaya komunikasi Suroboyoannya.

“Secara personal dia itu asli Surabaya Perak, keturunan Tionghoa, bapaknya pegawai negeri, dunianya pelabuhan bukan mal. Spontan, misuhan, guyon, gembira. Dia sangat rendah hati, mempercayai wakil-wakilnya untuk berkreasi, inisiatif, dan merencanakan sesuatu. Pokok bagus, oke jalan,” imbuhnya.

Sang Uskup yang hobi dalam hal seni itu, lanjut Agustinus, sangat mencemaskan nasib anak-anak asuh yang dibiayai pendidikannya, saat detik-detik akhir sakit.

“Dia juga punya mimpi karena modernitas ini yang paling berdampak adalah kehidupan keluarga, maka memimpikan ada tempat untuk pembinaan yang berbasis keluarga. Ayah, ibu, anak, itu satu cottage. Ada pembinaan rohani,” tandasnya. (lta/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs