Minggu, 24 November 2024

Mewujudkan Surabaya Punya Kebun Raya Mangrove Satu-satunya di Dunia

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi. Wisata Mangrove di Gunung Anyar, Surabaya. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Kota Surabaya akan segera memiliki Kebun Raya Mangrove yang pertama dan satu-satunya di dunia.

Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, mengatakan, bila semua syarat dan kaidah sudah terpenuhi, Kebun Raya Mangrove diharapkan bisa beroperasional tahun ini.

Surabaya memiliki tiga hutan mangrove yaitu di Gununganyar, Wonorejo dan Medokan Ayu. Namun yang saat ini tengah difokuskan untuk menjadi kebun raya adalah di Gununganyar dan Medokan Ayu karena letaknya berdekatan. Hanya dipisahkan sungai.

Antiek menyebut, untuk mengembangkan mangrove di Surabaya sebagai kebun raya, setidaknya ada lima unsur yang harus dipenuhi yaitu fungsi konservasi, edukasi, ecowisata, penelitian, serta jasa lainnya yang di dalamnya termasuk ekonomi.

Selain itu, salah satu alasan yang memenuhi syarat mangrove di Surabaya bisa menjadi kebun raya adalah keanekaragaman hayatinya tinggi. Dari 140an jenis mangrove di dunia, 57 di antaranya ada di Surabaya. Jumlah ini masih bisa bertambah, karena Pemerintah Kota Surabaya sedang terus menambah koleksinya.

“InsyaAllah akan ada tambahan enam, dalam proses karena untuk proses spesies yang berbeda harus teregister dan tercatat dengan baik. Kita komunikasi dengan beberapa daerah untuk mendatangkan varietas yang berbeda,” ujar Antiek, Jumat (10/2/2023) dalam program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya.

Dari kiri ke kanan: Sunu Kuncoro Kaprodi Ilmu Biologi dari Universitas Negeri Surabaya dan Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya dalam program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya, Jumat (10/2/2023). Foto: Dhafin suarasurabaya.net

Antiek menyebut, untuk mengembangkan mangrove di Surabaya sebagai kebun raya, setidaknya ada lima unsur yang harus dipenuhi yaitu fungsi konservasi, fungsi edukasi, fungsi ecowisata, penelitan, serta jasa lainnya yang di dalamnya termasuk ekonomi.

Selain memenuhi lima persyaratan itu, seluruh koleksi spesies di sana harus terdaftar asal-usulnya.

“Kalau kita akan menuju kebun raya, prasyarat lima hal sesuai Perpres tadi, register spesies, termasuk pembagian zona,” jelasnya.

Dalam grand desain Kebun Raya Mangrove, akan dibagi menjadi tiga zona yaitu zona utama, penyangga dan pendukung.

Zonasi diterapkan karena tidak semua kawasan mangrove digunakan untuk wisata karena tetap harus menjaga kelestarian ekosistem alaminya.

“Zona utama hanya boleh untuk apa saja, tidak boleh ada bangunan masif, hanya untuk konservasi. Ada areal yang disiapkan untuk pendukung termasuk penyangga,” jelasnya.

“Di zona pendukung akan ada pembibitan mangrove, zona koleksi, zona keluarga, ruang edukasi, merchandise shop UMKM. Di konsep yang sudah disusun ini juga akan ada pembatasan kendaraan, mana yang boleh masuk, mana yang tidak. Yang boleh masuk hanya kendaraan yang ramah lingkungan,” imbuh Antiek.

Bila nanti terwujud, Kebun Raya Mangrove bakal menempati lahan seluas 27 hektare.

Sementara Sunu Kuncoro Kaprodi Ilmu Biologi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam kesempatan yang sama menjelaskan, hadirnya Kebun Raya Mangrove ini penting untuk keberlangsungan penelitian.

Banyaknya keberagaman hayati yaitu flora dan fauna di sana, membuat keberlangsungan ilmu pengetahuan akan semakin beragam karena mungkin masih banyak spesies yang belum ditemukan.

Selain kaya keberagaman hayati, mangrove juga berperan penting dalam mengurangi green house effect atau efek rumah kaca.

“Mangrove menghasilkan oksigen menyerap CO2, penyebab green house effect terbesar adalah CO2. Mangrove mampu menyerap 5 kali lebih cepat dibanding tanaman hutan tropis lain. Itu membuktikan bahwa Surabaya sangat diuntungkan dengan adanya bibit mangrove yang tumbuh di Pamurbaya. Kalau kita tidak menjaganya, yang rugi pasti warga Surabaya,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs