Jumat, 22 November 2024

Menyiasati Bonus Demografi dengan Program Merdeka Berkarier

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Budi Raharjo Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Jatim waktu diwawancarai di kantornya, Kamis (8/6/2023). Foto: Wildan suarasurabaya.net

Puncak Bonus Demografi pada 2045 menjadi peluang untuk mengakselerasi perekonomian nasional. Untuk itu, unsur pentahelix mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, lembaga dan media telah menggagas program Merdeka Berkarier untuk menyiasati peluang tersebut.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah angkatan kerja atau usia produktif mencapai 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk indonesia.

Jumlah itu diperkirakan bakal bertambah 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Hingga puncaknya pada 2045 nanti.

Arief Abdurrakhman Ketua Indonesia Career Center Network (ICCN) Jawa Timur (Jatim) menjelaskan, program Merdeka Berkarier merupakan langkah meningkatkan serapan tenaga kerja di Jatim. Serta menurunkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jatim hingga tiga persen setiap tahunnya.

“Ada beberpa program kita kolaborasikan antar stakeholder di Biro Perekonomian Pemprov Jatim. Nah tadi ada program bersama Millennial Job Centre, merdeka belajar, dan merdeka berkarier untuk mengakselerasi penyerapan dunia karier khususnya bagi lulusan perguruan tinggi,” kata Arief dalam rapat menindaklanjuti forum ICCN di kantor Biro Perekonomian Setda Prov. Jatim, Kamis (8/6/2023).

Para stakeholder pentahelix menggelar rapat untuk menindaklanjuti forum ICCN di kantor Biro Perekonomian Setda Prov. Jatim, Kamis (8/6/2023). Foto: Wildan suarasurabaya.net

Meski demikian, Arief menyebut langkah ini tidak mudah. Sebab ada perbedaan karakteristik di angkatan kerja saat ini. Salah satunya keinginan kontrak kerja yang fleksibal dan tidak terikat.

Namun dunia telah beradaptasi dengan karakter angkatan kerja saat ini, mulai dari pihak swasta hingga BUMN. Arief mengatakan, salah satu goal dari program ini adalah mencipatakan freelancer profesional dengan waktu kerja fleksibel.

“Dunia kerja saat ini juga adaptif menjembatani. Oleh karena itu ada yang full time, part time. Bahkan BUMN sekalipun termasuk sektor swasta juga memfasilitasi bagaimana kemudian mereka ingin berkarier di profesional,” jelasnya.

Sementara itu, Budi Raharjo Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Jatim mengatakan, untuk mencapai implementasi Merdeka Berkarier adalah menyusun ulang program Millennial Job Centre yang mengarah pada konsep jangka panjang.

Selain itu menyusun saran dari stakeholder Biro Perekonomian Setdaprov Jatim seperti ICCN, Yayasan Inovasi, Apindo Jatim dan Disnaker Jatim, Suara Surabaya Media untuk dipilih mana aspek yang memperkaya aspek Merdeka Berkarier.

“Ada satu momentum yang kita buat bersama. Semacam bursa bersama, Job Fair yang insyallah digelar September. Kita akan bergabung dan mendukung lowongan freelancer. Kita juga akan membantu adik-adik yang masuk ke arena Job Fair untuk memahami seputar dunia kerja,” kata Budi.

Tak hanya itu, untuk mendukung serapan tenaga kerja, Biro Perkonomian bersama stakeholder bakal menggencarkan program Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bagi pelajar.

Meski demikian, Budi juga menyebut masih ada jarak atau gap antara lulusan dunia pendidikan untuk masuk dunia kerja.

Hal itu terbukti dari data Ditjen Dikti Kemendikbudristek pada 2022 perguruan tinggi di Indonesia mencetak 1,5 juta lulusan sarjana maupun diploma. Namun lapangan kerja yang tersedia hanya 300 ribuan setiap tahun.

“Entah itu dari pengetahuan, skill, atau attitude. Nah itu saya kira butuh media adik-adik kita sebelum masuk dunia kerja. Mereka harus dipahamkan dunia kerja itu seperti apa. Kita juga harus mendukung program pemerintah untuk perluasan tenaga kerja dan penurunan pengangguran,” jelasnya.

Budi menegaskan, perlu adanya manajemen untuk mengelola angkatan kerja ini. Dari data terakhir, 22 persen dari total penduduk Jatim merupakan milenial. Angka itu diprediksi bakal terus meningkat.

“Kalau tidak mengelola penduduk yang produktif akan mencana bencana sosial. Sisi yang lain tantangannya jelas, ada pertumbuhan ekonomi, kondisi global, digitalisasi. Pascapandemi banyak pekerjaan yang ada dan hilang itu jadi tantangan bersama. Saya kira butuh kerja bersama agar generasi milenial lebih siap menuju generasi emas 2045,” pungkas Budi.(wld/saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs