Menjelang gelaran Harlah satu Abad Nahdlatul Ulama di Gor Delta Sidoarjo selasa (7/2/2023) besok, pihak panitia menggelar pameran foto dan dokumen Komite Hijaz di Hotel Shangrila Surabaya.
Belasan dokumen dan foto tersebut dipasang rapi di panel pameran dengan lampu tone kuning untuk mendukung pencahayaan. Lengkap dengan deskripsi momen di setiap foto yang dipamerkan.
Hijaz sendiri merupakan suatu wilayah di Arab Saudi yang di dalam wilayah tersebut ada Kota Makkah dan Madinah. Pada tahun 1924-1925 Ibnu Saud, Raja Najed yang beraliran Wahabi menaklukkan Hijaz. Sehingga aliran Wahabi sangat dominan di sana.
Saat itu terjadi eksodus besar-besaran para ulama dari seluruh dunia yang berkumpul di Haramain. Mereka pulang ke negara masing-masing termasuk para santri asal Indonesia. Alasannya untuk menjaga kemurnian agama dari musyrik dan bid’ah.
Namun yang menjadi keresahan utama waktu itu adalah ancaman pemutusan batin antara umat Islam dan panutannya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Saat itu situs bersejarah, termasuk makam Nabi Muhammad, diancam akan dibongkar.
Melihat kondisi seperti itu, umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah prihatin. Kemudian mengirim utusan menemui Raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz.
Komite Hijaz sendiri dibentuk oleh KH Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1926. Komite Hijaz juga menjadi salah satu cikal bakal tecetusnya organisasi Nahdlatul Ulama saat itu.
Sebab saat itu, utusan yang bisa bertemu Raja Ibnu Saud adalah organisasi yang berdiri secara formal. Alasan tersebut yang membuat KH Abdul Wahab mendorong Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari supaya membentuk organisasi Nahdlatul Ulama.
“Kyai Abdul Wahab adalah sosok Wali peradaban. Sejak masih muda, beliau sudah konsen terhadap perubahan-perubahan peradaban besar di dunia,” kata KH Yahyah Cholil Staquf Ketua Umum PBNU, Minggu (5/2/2023).
Ulama yang akrab disapa Gus Yahya itu juga berpandangan bahwa Kyai Abdul Wahab adalah seorang Ulama yang berpandangan modern. Jalan dakwahnya pun juga melalui media massa atau surat kabar yang ia dirikan, yaitu Soeara Nahdlatul Oelama.
Pandangan modern terhadap peradaban itu juga menjadi acuan Harlah NU satu abad kali ini. Gus Yahya berharap di usia NU yang mencapai 100 tahun ini bisa membawa perubahan bagi dunia untuk menjadi lebih baik.
“Dalam Harlah satu abad NU nanti, kami akan membahas Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ini memiliki implikasi yang signifikan dalam membangun peradaban dunia,” ujarnya.(wld/iss)