Jumat, 22 November 2024

Menekan Stunting, Meningkatkan Kualitas Hidup untuk Merawat Masa Depan

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ika Nur Hayati (kanan) ibu dari anak Pinayung Rahayu yang mengalami stunting, saat mengikuti posyandu stunting di Kantor Kelurahan Jemurwonosari, Wonocolo, Surabaya, pada Selasa (16/5/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Bagaimana perjuangan ibu mengentaskan anaknya dari garis stunting?

Ika Nur Hayati mengangkat kotak makan berisi kudapan yang belum tersentuh. Dia hendak menyuapi Pinayung Rahayu, anak keduanya yang mengalami stunting tapi tampaknya sang anak masih enggan melahap kue buatan ibunnya ini.

Di Pendopo Kantor Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya, Selasa (16/5/2023) lalu, matahari terasa menusuk kulit. Sesaat Ika berpeluh keringat, namun, dia tetap bertahan dan terus bersemangat mengikuti agenda posyandu khusus balita di Bawah Garis Merah (BGM) dan stunting.

Stunting, kata-kata yang akhir-akhir ini sering terdengar.  Presiden Joko Widodo bahkan meminta semua pimpinan daerah menjadikan stunting sebagai target penyelesaian bagi pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia.

Ada perbedaan anak stunting dengan anak normal yang terletak pada tumbuh kembang yang lambat. Namun bukan hanya berfokus pada tinggi dan berat badan saja yang tidak sama, tetapi juga perkembangan otak anak melambat.

Ke depan balita stunting terancam kemampuan berpikir dan belajarnya akan terganggu yang  pada akhirnya menurunkan tingkat kecerdasan dan prestasi anak. Padahal, anak-anak sekarang merupakan generasi penerus bangsa di masa depan.

Ika Nur Hayati adalah salah satu ibu di Jemur Wonosari yang anaknya mengalami stunting. Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tercatat, saat ini masih ada 760 balita stunting. Jumlahmnya turun dibandingkan dengan awal Januari 2023 yang masih berjumlah 923.  Meskipun mengalami penurunan, tapi upaya untuk menuju zero stunting masih butuh upaya keras dari orang tua dan intervensi pemerintah.

Di Jemur Wonosari sendiri, masih ada enam ibu yang berusaha mengentaskan putra putrinya dari kekurangan gizi kronis yang menganggu pertumbuhan. Setiap bulannya mereka rutin mengikuti posyandu balita BGM dan stunting.

“Pinayung itu dikategorikan stunting sejak usia satu tahun ke atas, sejak pertengahan 2021. Dari data Posyandu, tinggi badan sama berat badannya itu nggak sesuai sama umurnya,” ucap Ika Nur Hayati.

Wajahnya terlihat datar. Sesekali merunduk dan berusaha melemparkan senyuman.

Selama mengikuti program posyandu khusus BGM dan stunting dari Kelurahan yang digagas sejak tahun 2008, Ika mendapat bantuan berupa makanan, sayuran, buah-buahan, susu hingga vitamin. Tujuannya untuk membantu tumbuh kembang anak stunting.

Ibu dari anak stunting mendapat bantuan tersebut setiap bulan sekali dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan. Mereka juga mendapat edukasi untuk membuat kudapan yang terbuat dari protein telur dan susu.

“Setelah mengikuti program Posyandu, anak saya lumayan ada peningkatan. Berat badannya, nafsu makannya, juga alhamdulillah mulai gampang. Sekarang anak saya makannya pakai kudapan,” ucapnya menjelaskan hasil yang didapatkan dari Posyandu.

Edukasi itu membuka mata dan pengetahuannya. Dia percaya Pinayung yang berusia tiga tahun ini bisa berkembang baik seperti anak normal pada umumnya. Makanan yang tidak mau dimakan oleh Pinayung, dimodifikasi dengan olahan kudapan yang diajarkan PKK dan Posyandu.

Hasilnya, sekitar setahun sudah dia merangsang nafsu makan anaknya. Menu makanan dengan protein dan vitamin itu tak jarang ia praktekan di rumah dengan tambahan susu.

Setelah rutin menjalankan perintah Posyandu, anak keduanya tersebut mulai menunjukkan perkembangan baik. Begitu juga dengan nafsu makan dan minum susu. Setiap hari, dia terus melakukan pengontrolan. diaa juga tak lelah untuk mengajak ibu-ibu yang memiliki anak stunting lainnya.

Ibu 32 tahun ini percaya, setiap anak yang mengalami stunting dapat mentas dari garis merah jika berusaha. Serta mau menambah pengetahuan tentang merawat anak yang baik.

Perlahan, kini Pinayung mulai mau dan terbiasa dengan makanan olahan ibunda, dengan tetap mengikuti program Posyandu setiap bulannya Ika berharap Pinayung secepatnya menjadi anak sehat, memiliki daya tahan tubuh yang kuat, dan pertumbuhannya bisa mengikuti kawan seusianya.

“Semoga dengan perkembangan bagus ini, bisa secepatnya lulus stunting. Pesan saya buat ibu-ibu yang juga pejuang balita stunting ini, jangan bosan-bosan memberi anaknya makanan yang bergizi, hidup sehat, dan jangan sampai telat ikut Posyandu. Diusahakan setiap bulan selalu mengikuti agar tahu perkembangannya sama kesehatannya, juga biar mendapat pengetahuan baru,” katanya.

Ibu-ibu dari Jemurwonosari Wonocolo Surabaya saat mengikuti posyandu khusus stunting di Kantor Kelurahan Jemurwonosari, Wonocolo, Surabaya, pada Selasa (16/5/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Di pagi yang sama, dengan sinar mentari membelah Pendopo Kantor Kelurahan, Wahyuningsih Koordinator Posyandu Ananda Berseri Jemur Wonosari mengungkapkan, menjadi ibu dari anak stunting tidak mudah.

Upaya membujuk anak agar mau menerima makanan dan minuman khusus terbilang sulit. Seringkali anak menolak. Tetapi menurutnya, dengan berbagai upaya dan kreatifitas sang ibu, bukan tidak mungkin anak bisa normal.

Dari pertama berdirinya Posyandu khusus balita di bawah garis merah, ia menyebut terdapat 40 anak yang mengalami stunting. Dan dengan konsistensi upayanya dalam menekan permasalahan itu, saat ini tercatat ada enam anak yang mengalami stunting.

“Dari tahun pertama, kita jemput bola ke rumah balita di bawah garis merah. Dengan berjalannya waktu, ada swadaya masyarakat dari masing-masing RW, kita kumpul dan kita datangkan di Kelurahan. Dari situlah kita memberi vitamin dan susu, juga makanan untuk balita BGM, stunting dan pra stunting,” katanya.

Hingga saat ini, kata dia, untuk mengatasi masalah tersebut juga telah dibentuk sebanyak 21 kelompok posyandu, untuk dapat mengikuti kegiatan khusus kesehatan anak.

Sementara itu, Mohammad Yasin Lurah Jemur Wonosari mengatakan, untuk mempercepat penurunan angka stunting, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan tim Puskesmas setempat.

“Desember itu jumlahnya ada 22, tetapi di bulan Mei sudah turun tinggal enam. Bersama tim Puskesmas, memberi vitamin, melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan yang penting lagi di setiap bulan itu ada posyandu khusus BGM dan stunting. Jadi kita punya semangat yang sama,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, pada Minggu (12/6/2023) Maria Ernawati Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur menyatakan, dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di Jatim, stunting mengalami penurunan 4,3 persen. Yakni dari tahun 2021 sebesar 23,5 persen, di tahun 2022 menjadi 19,2 persen.

“Upaya BKKBN dalam rangka untuk percepatan penurunan stunting di tahun 2024 menjadi 14 persen tentu saja melaksanakan sosialisasi massa. Kedua, tetap mengembangkan jejaring multisektor, multipihak untuk terlibat dalam percepatan penurunan stunting, termasuk juga dari insan akademisi. Ketiga, ada program donasi seperti bapak asuh anak stunting dan peningkatan pangan lokal seperti program yang BKKBN lakukan adalah dengan dahsyat atau dapur sehat atasi stunting,” tuturnya.

Ia berharap, ke depan seluruh elemen masyarakat dapat berperan aktif untuk memberikan pemahaman tentang pola perilaku hidup sehat.

Maria punya mimpi, kelak Jawa Timur, tak terkecuali Surabaya, dapat menjadi wilayah yang terbebas dari stunting. Sehingga perjuangan itu, bisa mendongkrak kehidupan anak yang sehat, cerdas dan berprestasi.

Dengan begitu, ibu yang mempunyai anak stunting juga tidak menjadi lemah. Tetapi, justru lebih kuat karena dapat menjalani tantangan hidup dengan lebih hebat.

Kolaborasi antara ibu, PKK Posyandu, Pemerintah hingga BKKBN bukan tidak mungkin dapat mewujudkan zero stunting. Mereka sanggup untuk belajar dan mencari cara baru.

Kelak, ketika seluruh komponen itu merawat semangat tersebut, bukan mustahil kehidupan anak-anak sehat dan cerdas akan tercapai. (ris/saf/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs