Kebahagiaan dan rasa syukur tengah menyelimuti hati Muhamad Mujib (71 tahun), warga Kelurahan Pagesangan, Kota Surabaya. Dia tengah menghitung hari untuk berangkat ke Tanah Suci.
Pria lanjut usia ini ingat betul, keinginan menunaikan ibadah haji sudah tumbuh subur di benaknya sejak masih berusia 12 tahun.
“Mulai 1961, sudah ada keinginan. Saya ikut paklek (paman) yang sering naik haji. Saya kok gak diajak. Kata paman saya, besok jalan sendiri gitu loh (katanya). Dulu di sana, saya disuruh ngarit (mencari) makanan kuda dan kambing,” kata Mujib saat ditemui suarasurabaya.net di rumahnya yang sederhana, Senin (5/6/2023).
Keinginan itu tak pupus sampai dia sudah menikah dan berjuang mencukupi kebutuhan keluarga di tengah keterbatasan ekonomi.
Dia pernah mencari nafkah dengan membuat cangkul dan sekrop. Kemudian pada tahun 1986, Mujib bekerja sebagai buruh pabrik dan berjualan sayur dibantu sang istri di rumah.
Usai setahun bekerja di pabrik, Mujib memakai sebagian uangnya untuk membeli becak. Sejak tahun 1987, sepulang kerja dia menarik becak untuk mencari penghasilan tambahan, menghidupi tiga anaknya. Waktu itu dia mendapat Rp150 untuk sekali perjalanan mengantar penumpang.
Sampai hari ini, Mujib masih menarik becak. Meski penumpangnya hampir tidak ada karena kalah bersaing dengan ojek online.
Tak diduga, ternyata istri Mujib diam-diam menyimpan uang hasil jerih payah mereka berdua. Sedikit demi sedikit, hingga terkumpul puluhan juta rupiah.
“Saya gak tahu kalau ibunya (istri saya) nabung. Tahu-tahu, tahun 2011 daftar haji,” terangnya.
Rencana Mujib dan istri tak terwujud sesuai harapan. Mimpinya pergi ke Tanah Suci berdua dengan sang istri yang bernama Siti Arifah itu tak bisa terwujud.
Siti meninggal dunia pada tahun 2021, saat pandemi Covid-19. Ia didiagnosa menderita penyakit lambung dan batu ginjal.
“Istri saya sudah saya daftarkan. Tapi karena meninggal, kemarin tahun 2022 saya daftarkan lagi ba’dal haji,” katanya.
Berangkat seorang diri, Mujib mengaku akan fokus beribadah. Tak ada lagi keinginan dunia yang ingin dicapai selain bisa berdoa di Tanah Suci.
“Sudah gak ada (keinginan lagi) pingin haji aja,” tegasnya lirih.
Mujib mengaku sudah mempersiapkan keberangkatannya tanggal 20 Juni nanti ke Asrama Haji Embarkasi Surabaya. Obat-obatan ringan untuk antisipasi penyakit pinggang dan kaki kanannya yang sering nyeri pun tak ketinggalan.
“Tadi malam sudah beli obat-obatan. Saya asam urat, kolesterol,” tambahnya.
Selain itu, ia hanya ingin membawa pakaian dan alas kaki sandal. Ia berjanji tidak akan mencoba membawa barang-barang di luar ketentuan panitia.
Terakhir, ia juga tak muluk-muluk, ketika berjumpa ka’bah, Mujib hanya akan berdoa diselamatkan dunia dan akhirat oleh Allah SWT.
“Doakan istri, keluarga, tetangga-tetangga pada nitip,” tandasnya. (lta/iss/ipg)