Jumat, 22 November 2024

Mekanik Mesin Minta Konversi Motor Listrik Dibarengi Edukasi Soal Penggunaan

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi motor listrik. Foto: Pixabay

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada Minggu (30/7/2023) kemarin, mulai mensosialisasikan program konversi sepeda motor listrik dengan menyasar 10 kota, salah satunya Surabaya.

Dalam konversi ini, mesin motor yang sebelumnya memakai bahan bakar bensin, diganti dengan komponen yang menggunakan sumber energi listrik dalam sebuah baterai. Adapun sosialisasi dilakukan untuk mengejar target konversi 50 ribu unit sepeda motor berbahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik.

Merespon giat sosialisasi ini, Dr. Bambang Sudarmanta Ketua Science Techno Park (STP) Otomotive ITS Surabaya memberikan apresiasinya. Dia menilai upaya ini bisa mendorong industri kendaraan listrik Tanah Air, serta motor berbahan bakar fosil yang terlanjur terbeli tidak terbuang sia-sia.

“Sebenarnya untuk memecahkan masalah sepeda motor yang ada saat ini, karena masyarakat kita pengguna terbesar (sepeda motor). Selain sepeda motor (listrik) baru, itu juga jadi solusi untuk motor BBM yang terlanjur kebeli,” ujarnya saat mengudara di program Wawasan Suara Surabaya, Senin (31/7/2023).

Meski demikian, Bambang menegaskan masyarakat juga wajib diberi pemahaman terkait baterai motor listrik, karena penggunaannya berbahan bakar bensin.

Menurutnya, baterai motor listrik tidak boleh dipakai terus menerus dalam kondisi suhu tinggi, atau bahkan pemakaian sampai habis. Kalau dipaksakan, akibatnya bisa membuat umur baterai jadi lebih pendek.

“Meski beberapa sistem sudah dilengkapi sistem pengaman, semisal tinggal 20 persen muncul peringatan segera men-charge dan tidak boleh terus dipakai, tapi yang saya lihat masyarakat ini justru cenderung di-bypass (dipaksa). Akibatnya umur baterai jadi lebih pendek. Ini yang butuh edukasi dan sosialisasi ke masyarakat,” ucapnya.

Selain itu baterai tidak boleh di-charge terus menerus atau secara sembarangan karena punya kapasitas penyimpanan daya yang berbeda-beda. Baterai juga memiliki umur yang berbeda-beda, yakni mulai empat hingga tujuh tahun tergantung dari produsennya.

“Pengalaman kami, di ITS, baterai umurnya memang bisa empat tahun. Tapi kalau dipakai terus menerus bisa terjadi gradasi sehingga di tahun kedua atau ketiga performanya mulai menurun. Itu contoh untuk pemakaian normal yah,” jelasnya.

Hal penting lainnya dalam sosialisasi ini, menurut Bambang adalah membredel rincian biaya yang sampai saat ini dianggap masih terlalu mahal dan memberatkan masyarakat. Adapun biaya keseluruhan konversi beserta kebutuhan komponen-komponennya, bisa mencapai Rp15 juta.

“Ini yang sekarang masih menjadi dilema di masyarakat kenapa kok masih mahal. Meskipun bisa disubsidi sampai Rp7 juta, biaya masih tersisa Rp8 jutaan yang membuat masyarakat sampai sekarang juga masih wait and see (untuk mengkonversi kendaraannya),” ucapnya.

Dia membeberkan biaya terbesar ada pada harga baterai sendiri yang sekitar Rp6-8 juta. Oleh karena itu, saat ini banyak tenaga ahli hingga mekanik mesin di Tanah Air berinovasi memikirkan strategi agar harganya bisa turun.

“Ini juga yang sekarang masih dipikirkan strategi untuk memparalel baterai agar yang Rp8 juta itu bisa dipecah jadi Rp3 jutaan saja, supaya setelah disubsidi sudah termasuk dengan baterainya. Atau yang terbaru ada opsi sewa baterai,” tambahnya.

Bambang menekankan kalau pihaknya akan terus berinovasi mendukung upaya pemerintah terkait konversi motor listrik ini. Baik soal pengembangan komponen, sosialisasi ke masyarakat sesuai tugas pokok fungsi (tupoksi) perguruan tinggi, hingga mengajak keterlibatan seluruh stakeholder.

“Yang kami tekankan juga bagaimana perusahaan startup dan perusahan lokal bisa suport konversi kendaraan listrik ini. Supaya sebisa mungkin ekosistemnya bisa terbentuk (untuk kendaraan listrk),” pungkasnya. (bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs