Universitas Airlangga (Unair) akan kembali mengukuhkan tujuh guru besar baru dalam berbagai bidang, pada Rabu (4/10/2023) besok.
Mohammad Nasih Rektor Unair mengatakan, tambahkan guru besar tersebut, menjadikan Unair akan memiliki sekitar 350 guru besar aktif.
“Sehingga nantinya, sudah ada di angka 15 sampai 16 persen staf kita adalah guru besar atau profesor penuh,” ucapnya dalam konferensi pers pra pengukuhan guru besar di Gedung Rektorat Unair, pada Selasa (3/10/2023).
Tujuh guru besar baru itu, empat di antaranya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), tiga lainnya dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan satu dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Nasih mengatakan bahwa penelitian guru besar dari tiga bidang itu, memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan hingga kemasyarakatan. Karena dari sisi kesehatan akan berbicara mengenai pentingnya pencegahan penyakit, soal nutrisi, hingga edukasi dan perhatian tentang kesehatan di masyarakat.
“Di kesehatan hewan juga akan fokus, baik di soal kesehatan kebuntingan, maupun bagaimana stem cells yang pernah kutip itu secara alamnya bisa didorong dan ditumbuhkan di tubuh hewan,” tuturnya.
Sementara untuk penelitian tentang sosial dan politik, kata dia, juga menjadi kajian yang penting untuk ke depan bisa lebih baik dan lebih menguntungkan bagi Indonesia.
“Kesehatan berbangsa dan bernegara juga perlu menjadi perhatian dengan mengevaluasi lagi peran-peran Unair dalam percaturan internasional berkaitan dengan posisi Indonesia sebagai negara non blok. Karena semuanya adalah demi Indonesia, demi masyarakat dan bangsa dan negara yang kita cintai bersama,” jelasnya.
Ia berharap, tambahan guru besar baru itu, dapat menjadikan kontribusi Unair lebih baik lagi untuk masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Seperti diketahui, guru besar itu yakni Ratna Dwi Wulandari dari FKM dengan penelitian “service blueprint berbasis client lifetime journey sebagai upaya optimalisasi pelaksanaan intregasi pelayanan kesehatan primer”, Trias Mahmudiono dari FKM dengan penelitian “nutrition education 4.0 untuk mengatasi triple burden of malnutrition”, Ira Nurmala dari FKM dengan penelitian ” transformasi pendidikan kesehatan berkelanjutan melalui program health educator for youth di era digital.
Selain itu ada juga Santi Martini dari FKM dengan penelitian “pencegahan penyakit sebagai upaya strategis dan komprehensif dalam pembangunan berkelanjutan”, Epy Muhammad Luqman dari FKH dengan penelitian “pencegahan dampak bahan beracun pada janin hewan menggunakan ekstrak rumput kebar”, Erma Safitri dari FKH dengan penelitian “aplikasi madu sebagai aktivator stem cells, dan I Gede Wahyu Wicaksana dengan penelitian “kebijakan luar negeri multiblok Indonesia menghadapi dinamika geopolitik Indo-Pasifik”.(ris/iss/ipg)