Setelah kantor berita Reuters menemukan kasus sepatu bekas yang akan didaur ulang justru diselundupkan ke Indonesia, Lihabi selaku Laboran Laboratorium Patologi Klinik Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya buka suara.
Dia menyatakan kalau mengenakan pakaian bekas, baik sepatu maupun baju dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, terutama pada kesehatan kulit.
“Beberapa hasil penelitian menyebut sampel pakaian bekas mengandung jamur kapang atau khamir, bakteri staphylococcus aureus, bakteri escherichia coli (E-coli) dan virus,” ucapnya pada Rabu (1/3/2023).
Lihabi memaparkan, bakteri stapylococcus aureus dapat menempel pada pakaian kotor dan mampu menyebar ke pakaian lain. Bakteri tersebut, lanjutnya, berbahaya karena bisa menyebabkan infeksi kulit hingga meracuni makanan.
Bahkan, bakteri yang menempel pada kain itu berpotensi dapat juga tumbuh menjadi penyakit berbahaya lainnya.
“Proses penyebaran bakteri ini dapat terkontaminasi dalam aktivitas sehari-hari, dan seringkali tidak disadari. Baju bekas ini kan tidak tahu asal usulnya, bisa jadi sudah diganti dari orang ke orang yang lain yang bisa menjadi tempat hidup bakteri staphylococcus aureus, E-coli, Klebsiella Pneumoniae, dan Pseudomonas,” jelasnya.
Sementara terkait bakteri E-coli, ia menyebut bakteri tersebut juga merupakan jenis bakteri yang turut berpotensi menimbulkan infeksi pada kulit.
“Virus yang ditemukan pada pakaian bekas merupakan virus jenis HPV (Human Papilloma Virus). Meski kutil merupakan tumor jinak, namun harus tetap di waspadai karena virus ini menginfeksi kulit sehingga menimbulkan benjolan dan pertumbuhannya cepat,” ujarnya.
Lebih lanjut soal jamur kapang, tambah Lihabi, biasanya terdapat pada pakaian bekas disebabkan oleh udara yang lembab.
“Jamur ini memiliki ciri-ciri berwarna putih atau terkadang berwarna hitam kehijauan yang beraroma khas seperti bau apak serta bau tanah. Keberadaan jamur kapang biasanya berada di permukaan pakaian dan bisa dilihat dengan mata telanjang,” jelasnya.
Beberapa penyakit yang muncul akibat dari paparan jamur kapang ini, kata dia, seperti gatal-gatal dan reaksi alergi pada kulit, efek beracun iritasi, hingga infeksi karena pakaian tersebut melekat langsung pada tubuh.
“Bahkan, jamur ini tidak akan hilang walaupun pakaian tersebut sudah direndam dengan air panas dan dicuci berkali-kali,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan, agar masyarakat turut mengetahui bahaya yang dihasilkan dari pakaian bekas. Meskipun, memiliki keunggulan pada kualitas yang masih bagus dan harga yang cenderung murah. (ris/bil/rst)