Sabtu, 23 November 2024

Korban Gempa Turki Terus Meningkat, Erdogan Tindak Tegas Para Penjarah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara di pusat koordinasi Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) di Ankara, Turki, Senin (6/2/2023). Foto: Reuters

Tim penyelamat berhasil mengeluarkan lebih banyak korban selamat gempa Turki-Suriah dari reruntuhan pada Minggu (12/2/2023), setelah hampir seminggu dari salah satu gempa bumi terburuk yang melanda Turki dan Suriah.

Dengan peluang untuk menemukan lebih banyak korban selamat semakin kecil, jumlah korban di kedua negara dari gempa bumi Senin (6/2/2023) dan gempa susulan naik di atas 33.000 dan tampaknya akan terus bertambah. Itu adalah gempa paling mematikan di Turki sejak 1939.

Di distrik pusat salah satu kota terparah, Antakya, Turki selatan, pemilik usaha mengosongkan toko mereka pada Minggu (12/2/2023) untuk mencegah barang dagangan dicuri oleh penjarah.

Penduduk dan pekerja bantuan yang datang dari kota-kota lain menyebutkan kondisi keamanan yang memburuk. Dengan laporan yang tersebar luas, toko-toko dan rumah-rumah yang roboh dirampok oleh penjarah.

Menghadapi pertanyaan atas tanggapannya terhadap gempa bumi, Tayyip Erdogan Presiden Turki mengatakan pemerintah akan menindak tegas para penjarah.

Erdogan saat deklarasi keadaan darurat pada Sabtu (11/2/2023) mengatakan, pemerintah akan menindak tegas para penjarah. Berdasarkan keputusan presiden, masa penahanan para penjarah diperpanjang menjadi empat hari setelah sebelumnya hanya satu hari, dilansir dari Reuters.

Di Suriah, bencana melanda paling parah di barat laut yang dikuasai pemberontak, membuat banyak orang kehilangan tempat tinggal yang telah mengungsi beberapa kali akibat perang saudara selama satu dekade. Daerah ini menerima sedikit bantuan dibandingkan dengan daerah yang dikuasai pemerintah.

“Sejauh ini kami telah mengecewakan orang-orang di Suriah barat laut,” kata Martin Griffiths kepala bantuan PBB dari perbatasan Turki-Suriah, di mana hanya satu penyeberangan yang dibuka untuk pasokan bantuan PBB.

“Mereka benar-benar merasa ditinggalkan,” kata Griffiths, seraya menambahkan bahwa dia fokus untuk menanganinya dengan cepat.

Lebih dari enam hari setelah gempa pertama melanda, petugas darurat masih menemukan segelintir orang yang bertahan hidup di reruntuhan rumah yang telah menjadi kuburan bagi ribuan orang.(ihz/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs