Jumat, 22 November 2024

Koordinator Steward Ungkap Nihil Arahan Penanganan Insiden Darurat dari Panpel Arema

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Nanang Subekti satu dari tujuh steward saat menunjukkan posisinya dalam tayangan CCTV salah satu gate stadion Kanjuruhan, Kamis (19/1/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Dua orang perekrut steward yang dihadirkan dalam sidang lanjutan Tragedi Kanjuruhan membenarkan tidak adanya arahan penanganan insiden kedaruratan dari ketua panitia pelaksana mau pun security officer Arema FC. Termasuk, spesifikasi perekrutan ratusan steward.

Dalam kesaksiannya hari ini di ruang Cakra Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis (19/1/2023), Lalu Panca koordinator steward bagian luar stadion mengaku ditugasi merekrut 125 orang untuk menjadi steward laga Arema FC menjamu Persebaya Surabaya 1 Oktober 2022.

“Saya ditelepon Pak Suko (Suko Sutrisno Security Officer). Yang saya lalukan menghimpun teman-teman sejumlah yang dibutuhkan 250,” kata Lalu Panca yang juga mengaku sebagai purnawirawan TNI dalam kesaksiannya, Kamis (19/1/2023).

Selain Lalu, Suko juga meminta Ahmad Yoni koordinator steward bagian dalam stadion merekrut 125 petugas juga. Sehingga, genap seluruh steward berjumlah 250 orang.

“Dua hari sebelum pertandingan, 29 September 2022, lewat telepon. Tolong Pak Lalu atau Pak Yoni siapkan personel 250 dibagi dua (antara Yoni dan Lalu),” timpal Yoni.

Keduanya menyatakan, tidak pernah ada spesifikasi soal steward yang pantas direkrut. Selain melihat postur dan keberanian, koordinator merekrut dari komunitas gym di Malang tanpa arahan ketua panpel mau pun security officer.

Security Officer yang membawahi langsung para steward, hanya memberi arahan agar penertiban terhadap penonton dilakukan. Seperti suporter dilarang membawa flare, senjata tajam, minuman keras dan lain sebagainya.

Selebihnya, berdasarkan inisiatif dan pengalaman selama mereka menjadi steward sejak tahun 2008. Mereka juga tidak pernah mendapat pengetahuan regulasi PSSI soal tanggung jawab.

Selama laga home Arema selama ini, menurut Yoni situasinya juga kondusif. Jika terjadi chaos, lanjut dia, steward bertindak hanya berbekal pemahaman dan inisiatif yang masing-masing dilakukan selama ini. Suporter yang butuh bantuan akan diserahkan ke petugas medis atau polisi.

“Itu kalau terjadi chaos disampaikan kita langsung serahkan medis. Jadi arahannya gini. Kalau ada Aremania lecet atau pingsan bawa ke medis, atau polisi. Inisiatif kita sendiri,” imbuhnya.

“Tidak ada (pelatihan dari terdakwa soal tugas steward). Tidak ada (rencana darurat),” ujar Lalu yang menyambung pernyataan Yoni.

Kesaksian dua koordinator itu juga dibenarkan Nanang Subekti, steward yg direkrut. Mengenai regulasi keamanan dan keselamatan yang menjadi tugas steward, dia tidak pernah mendapat arahan apalagi pelatihan. “Tidak. Hanya cek body (tubuh),” kata Nanang.

Tapi, Yoni memastikan, menjelang dibukanya seluruh gate (pintu), semuanya dipastikan siap kecuali dua pintu besar yang memang tidak berfungsi. Para steward, lanjutnya, hanya dibekali 14 kunci pintu kecil atau pintu ekonomi dari total keseluruhan 23 pintu.

“Semua pintu 1-14, VIP, VVIP, pintu besar ada enam berupa huruf A-F, dan satu pintu utama jadi total 23. Tapi, pintu besar hanya berfungsi empat yaitu A, B, E, dan F. Selain itu bisa terbuka semua. Bisa ready semua. Saya monitor di HT. Petugas ready, semua polisi dan lain-lain, baru pintu dibuka,” ujar Yoni menggambarkan situasi sebelum gate dibuka malam itu.

Seusai pertandingan, Yoni mengaku memerintahkan steward yang berjaga di luar stadion dan depan pintu untuk masuk ke lapangan membantu pengamanan pemain di dalam.

Dari total delapan steward yang berjaga di setiap pintu, Yoni memastikan hanya dua yang diminta membantu. Instruksi itu atas permintaan Suko Sutrisno Security Officer.

Meski demikian, dalam cuplikan CCTV pintu 12 saat pukul 22.17 WIB, terlihat kondisi suporter sudah berdesakan di pintu dan sejumlah steward yang mengenakan rompi oranye sudah meninggalkan lokasi.

“(Minta bantuan) untuk menghalau suporter yang merangsek masuk. (Memang saya) tidak bisa memastikan yang datang hanya dua orang dari masing-masing pintu, karena cuma minta bantuan ke Pak Lalu,” tutur Yoni.

Usai tragedi terjadi setelah pertandingan, para steward juga menyebut kalau tidak ada sumber suara yang menginstruksikan penonton agar tetap tenang. “Dulu pernah, kemarin tidak ada,” ungkap Yani.

Para steward juga mengaku tidak tahu mengenai jumlah penonton keseluruhan, termasuk kapasitas stadion atau tiket yang terjual. “Penyampaiannya ke kita, tingkatkan pengamanannya karena tiket sudah banyak terjual. Jumlahnya tidak tahu,” timpal Lalu lagi.

Dalam sidang pemeriksaan saksi itu, ditayangkan pula cuplikan rekaman CCTV beberapa pintu usai pertandingan selesai. Salah satunya, di gate 12 sekitar pukul 22.06 WIB yang memperlihatkan penonton keluar dengan lancar dan dijaga steward mengenakan rompi oranye.

Namun, mulai pukul 22.17 WIB, volume penonton yang keluar lebih banyak dan mulai anarkis. Terlihat beberapa merangsek keluar dan berusaha mendorong tiang besi pembatas yg ada di depan pintu keluar itu. Tapi, sejumlah steward yang semula ada, sudah tidak terlihat.

Diketahui total ada 17 saksi yang dihadirkan dalam sidang kedua hari ini. Rinciannya, tiga orang korban, dua saksi kejadian atau pedagang di stadion, tujuh steward, dua pegawai Dispora Malang, dan tiga polisi. Pemeriksaan mereka terbagi menjadi empat sesi. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs