Jumat, 22 November 2024

Klaim Kekerasan-Pelecehan Terhadap Anak di Surabaya Masih Wajar, Pemkot Komitmen Tetap Berantas

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya. Foto: Meilita suarasurabaya.net

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengklaim jumlah kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak masih wajar. Namun, tetap berkomitmen memberantas dan meniadakan.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut, jumlah kasus yang menimpa perempuan dan anak di Surabaya masih dalam batas wajar.

“Kalau yang disampaikan PPA, tetap wajar dan jumlahnya sedikit. Tidak bisa ketika ada kejadian satu, dua, menyamaratakan yang jumlah anak di Surabaya. Kita tetap koordinasi dengan PPA Jatim. Meski hanya satu dua kasus,” katanya, Kamis (18/5/2023).

Meski begitu, Eri menyebut akan tetap memasifkan layanan pusat pembelajaran keluarga (puspaga) di balai RW untuk menangani masalah sekitarnya.

“Soal itu juga tidak lepas dari pendampingan Polrestabes Surabaya, karena unit PPA kerja sama dengan kita,” imbuhnya.

Sekaligus mengingatkan para orang tua turut mengawasi anaknya di luar jam belajar di sekolah.

“Karena kita putra-putri tidak bisa diserahkan seoang guru, pada Polrestabes untuk menjaga. Tapi bagaimana ortu mempunyai kasih sayang untuk mencari anaknya yang pergi jauh,” tandasnya.

Secara data, Ida Widayati Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Pendudukan dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya mencatat sepanjang 2022 terdapat puluhan kasus kekerasan terhadap anak.

“Untuk KDRT anak-anak 79. Dewasa empat. Sementara non KDRT mulai penelantaran ekonomi, eksploitasi anak-anak tiga, dewasa empat,” terangnya.

Sementara 2023 ini, hingga April tercatat 31 kasus terhadap anak dan empat kepada dewasa.

“Satu per tiga dari semua kasus adalah kekerasan seksual,” terangnya terpisah.

Terpisah, Kombes Pol Pasma Royce Kapolrestabes Surabaya menyebut, akan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menangani kasus terhadap anak.

“Bahwa yang paling utama adalah tingkat pengawasan dari ortu dan orang terdekat. Itu paling penting. Contoh beberapa waktu karena sama-sama pelaku dengan orang tua bekerja, anaknya memilki kedekatan dan kemudian terjadi pelecehan. Ini harus ada penjagaan dari orang tua supaya optimal,” terangnya.

Termasuk polisi turut serta mengedukasi dan sosialisasi pencegahan kejahatan terhadap anak ke sekolah-sekolah.

“Baik melalui pertemuan secara formal maupun informal juga pemberian melalui di medsos,” tandasnya. (lta/ihz/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs