Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur di sela kunjungannya dalam rangka Misi Dagang di Provinsi Bengkulu menyempatkan waktu berkunjung ke Rumah Fatmawati Soekarno dan Rumah Pengasingan Bung Karno.
Menurut Khofifah, Kisah Fatmawati sangat melekat dengan momen menjahitkan bendera Merah Putih yang nantinya dikibarkan menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno Presiden pertama RI.
Setibanya di rumah berdinding kayu berwarna coklat, Gubernur Jatim itu mengaku takjub melihat bangunan yang terawat dengan baik dan bersih. Apalagi, koleksi-koleksi asli peninggalan Fatmawati juga masih tersimpan rapi.
“Saya kagum karena ini bangunannya masih sangat terawat dengan baik. Jika diizinkan, koleksi di Rumah Ibu Fatmawati bisa di tambahkan termasuk narasi berbagai pemikiran Ibu Fatmawati,” ungkapnya kepada suarasurabaya.net, Senin (3/7/2023).
Menurutnya, peran Fatmawati menjahit Bendera Merah Putih menjadikan perempuan kelahiran Bengkulu 5 Februari 1923 itu sebagai pahlawan dan tokoh yang inspiratif serta bagi Bangsa Indonesia, khususnya bagi kaum perempuan.
“Menjahit Bendera Merah Putih menjadi tanda bukti hormat atas perjuangan Ibu Fatmawati sekaligus mengingatkan seluruh pihak untuk selalu meneladani semangat kejuangan dan nasionalisme,” tutur Khofifah.
Selama berada di rumah itu, Khofifah juga diperlihatkan barang peninggalan seperti foto-foto Fatmawati, mesin jahit, bendera merah putih dan beberapa pakaian milik istri itu yang masih terawat.
Adapun rumah ini memiliki empat ruangan yang meliputi satu ruangan utama, dua kamar dan ruangan lain di bagian belakang. Di halaman depan rumah juga terdapat patung kepala Ibu Fatmawati, menandai tempat ini adalah milik salah satu tokoh besar nasional asal Bengkulu.
Dari rumah Fatmawati, Khofifah melanjutkan perjalanan ke rumah pengasingan Bung Karno di jalan Soekarno Hatta Nomor 8, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
Setibanya di rumah pengasingan Bung Karno dengan perpaduan arsitektur Eropa dan Cina, Khofifah mendapat penjelasan dari Surgrahanudin kepala rumah tangga rumah pengasingan bung Karno Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah 7, kota Bengkulu.
Di ruang kerja bung Karno, Khofifah disuguhkan foto beserta narasi sejarah Bung Karno selama diasingkan saat masa penjajahan. Tercatat Bung Karno diasingkan di Bengkulu sejak 1938 – 1942.
Sementara di bagian ruang tamu, tersimpan berbagai benda bersejarah peninggalan Bung Karno seperti sepeda ontel, buku bacaan, kostum Tonil Monte Carlo, naskah sandiwara dan lain sebagainya.
“Kostum Tonil Monte Carlo juga menjadi sarana bagi bung Karno menyampaikan ide-ide pembaharuan dan pergerakan melawan penjajah,” imbuhnya.
Tak ketinggalan, ratusan koleksi buku berbahasa Belanda terlihat mengisi salah satu sudut rumah yang dulunya digunakan sebagai ruang kerja Bung Karno. Buku-buku tersebut menemani Soekarno selama pengasingan.
“Beliau selama di pengasingan banyak membaca. Tak heran, kematangan berpikirnya sebagai seorang pemimpin dari seluruh dunia berhasil ia dapatkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, di sepanjang dinding di dalam rumah terdapat foto-foto maupun informasi yang menceritakan sejarah yang pernah terjadi di tempat tersebut maupun jejak narasi Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan.
“Selama diasingkan di Bengkulu, Bung Karno tetap gigih untuk menyuarakan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tandasnya. (wld/bnt/iss)