Jumat, 22 November 2024

Khofifah Ajak Petani Kurangi Ketergantungan pada Pupuk Kimia

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim waktu menghadiri Temu Lapang di Kabupaten Mojokerto, Kamis (7/9/2023). Foto: Humas Pemprov Jatim.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengajak para petani untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia melalui kegiatan Temu Lapang yang di dalamnya ada pencanangan penerapan Manajemen Tanaman Sehat (MTS) Jawa Timur di Desa Ngarjo, Kec. Mojoanyar, Kab. Mojokerto, Kamis (7/9/2023).

Program MTS merupakan upaya peningkatan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan penerapan strategi pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), melalui pengelolaan agroekosistem atau ekosistem pertanian dalam suatu kawasan.

Khofifah mengklaim metode ini dilakukan dengan pendekatan yang terencana, komprehensif, integral, dan berkelanjutan yang meliputi semua aspek ekologi, ekonomi, dan sosial.

Dalam penerapannya, MTS memperhatikan beberapa komponen dalam pertanian. Yakni, perencanaan tanaman, penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah yang baik, benih berkualitas, pengelolaan air, pelestarian musuh alami seperti predator, parasitoid, dan agen antagonis, serta pengamatan dan pengendalian OPT.

Khofifah mengatakan, program yang telah diterapkan pada lahan seluas 25 hektar ini bisa menjadi referensi penerapan MTS di daerah lain. Karena, program yang meminimalisir penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen ini sudah membuahkan hasil berupa padi jenis Inpari 32 yang siap panen.

“Ini contoh penerapan MTS yang bisa dijadikan referensi bagi daerah-daerah dan provinsi-provinsi lainnya. Oleh karenanya tugas pemerintah kabupaten dan desa sangat penting di sini,” ujarnya.

Menurut Gubernur Jatim itu, pencanangan MTS menjadi solusi nyata untuk mengurangi ketergantungan pupuk dan pestisida kimia. Terlebih saat ini ketersediaan pupuk bersubsidi semakin berkurang.

Tidak hanya itu saja, bahan kimia juga berdampak pada berkurangnya unsur hara dalam lahan pertanian jika digunakan puluhan tahun.

“Jika ingin produktivitas tanaman tinggi, maka kita harus menambah banyak pemupukan karena unsur hara tanah semakin berkurang. Sedangkan pupuk bersubsidi saat ini makin berkurang. Oleh karena itu pupuk organik makin dibutuhkan, selain bisa mengembalikan ekosistem lahan, tanaman yang dihasilkan juga sehat ,” katanya.

Khofifah mengatakan, ilmu penerapan MTS yang telah berjalan selama satu musim tanam ini telah diserap dengan baik oleh petani. Sehingga diharapkan, diseminasi di berbagai daerah di Mojokerto dan daerah lain di Jatim bisa lebih masif.

“Ini penting agar produktivitas pertanian dan perekonomian masyarakat juga lebih meningkat,” terangnya.

Khofifah menambahkan, menurut data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, keberadaan serangan OPT lebih terkendali hingga 80 persen.

Yakni serangan tikus terkendali 94 persen, serangan hama penggerek batang padi terkendali 36 persen, serangan wereng batang coklat terkendali 88 persen, serangan hawar daun bakteri terkendali 84 persen serangan penyakit blas terkendali 100 persen.

Tidak hanya itu, penerapan MTS telah meningkatkan kepadatan populasi musuh alami mencapai 15 kali dibanding manajemen kawasan secara konvensional.

Sinergitas penerapan budidaya tanaman sehat di lokasi MTS menunjukkan adanya potensi penyelamatan kehilangan hasil panen akibat serangan OPT mencapai 12 persen atau secara umum produksi dapat ditingkatkan mencapai 12 persen.

“Pada penerapannya memang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Tapi, jika sudah diterapkan dengan baik maka secara alami cacing dan belut mulai banyak kemudian juga kijing (sejenis kepiting) juga hidup. Inilah tanda-tanda tanah subur dan makhluk hidup bisa tumbuh di sana,” urainya. (wld/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs