Jumat, 22 November 2024

Ketum PBNU Mendapat Gelar Doktor HC dari UIN Sunan Kalijaga

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Prof Al Makin Rektor UIN Sunan Kalijaga saat menyampaikan pidato di Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa di Auditorium Prof H M Amin Abdullah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Senin (13/2/2023). Foto: NU Online

KH. Yahya Cholil Staquf Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapat gelar doktor honoris causa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2/2023). Penyerahan gelar doktor (HC) ditandai dengan penyerahan ijazah dari Prof Al Makin Rektor UIN Sunan Kalijaga didampingi Siswanto Masruri Ketua Senat dan disaksikan oleh Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama.

Dalam pidato ilmiahnya, KH. Yahya Cholil Staquf menyampaikan kecemasan luar biasa mengenai bagaimana seharusnya Islam hadir dalam konteks realitas situasi kekinian. Terlebih sebelumnya dalam pemikirannya, Islam malah di bawah tekanan dan serangan dari berbagai arah. Kecemasan juga muncul karena kemunculan radikalisme dan terorisme.

Ia mengaku beruntung bertemu dengan KH. Abdurrahman Wahid Ketua Umum PBNU 1984-1999 dan Presiden Keempat Republik Indonesia. Sosok Gus Dur, sapaan akrabnya, banyak memberikan inspirasi, pengetahuan, pengalaman, dan akses terhadapnya.

“Dia dalam banyak kesempatan kemudian membuka jalan saya tentang realitas,” ujarnya saat menyampaikan pidato ilmiah sebagai penerima gelar doktor kehormatan di Auditorium Prof M Amin Abdullah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Senin (13/2/2023).

Menurutnya, peperangan atau konflik antarkelompok tidak menghasilkan pemenang, melainkan semuanya kalah. Karenanya, belajar dari KH. Abdurrahman Wahid, Gus Yahya menegaskan, aktivitasnya berjuang untuk kemenangan kemanusiaan.

“Pelajaran saya dari Gus Dur, saya menyadari tidak ada jalan terbaik untuk menolong kondisi Islam daripada perjuangan untuk kemanusiaan,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Jawa Tengah itu.

Gus Yahya menegaskan, kemenangan kemanusiaan adalah kemenangan semua kelompok, tidak hanya Islam, tetapi juga Kristen, Hindu, Syiah, Sunni, dan sebagainya.

“Jika kemanusiaan menang, semua menang. Kemanusiaan menang, Islam memang. Kemanusiaan menang, Kristen menang. Kemanusiaan menang Hindu menang. Semua orang menang. Syiah menang. Sunni menang,” kata Gus Yahya.

Oleh karena itu, Gus Yahya menegaskan, aktivitasnya saat ini tidak lain untuk peradaban kemanusiaan. “Memperebutkan kebaikan tidak ada kecuali untuk peradaban manusia,” ujar dia.

Prof H Machasin Ketua Tim Promotor menyampaikan, Gus Yahya memiliki kontribusi yang tidak hanya bagi warga Nahdliyin saja, melainkan juga warga dari komunitas organisasi atau agama lainnya. “Punya aktivitas agama tidak hanya bagi komunitasnya, tetapi juga bagi luar komintasnya,” katanya.

Penganugerahan gelar doktor kehormatan ini juga diberikan kepada dua tokoh lainnya, yakni Sudibyo Markus (Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dan Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot (Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan).

Anugerah gelar doktor ini dihadiri Mahfud MD Menko Polhukam, Abdullah Azwar Anas Menpan RB, dan Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama, KH Miftachul Akhyar Rais Aam PBNU, Prof Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah, Sultan Hamengkubuwono X, sejumlah tokoh Katolik.(ant/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs