Jumat, 22 November 2024

Ketua Panpel Arema Sebut Tiket Melebihi Kapasitas Atas Suruhan Kapolres Malang

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Abdul Haris Ketua Panpel Arema FC saat disumpah sebelum bersaksi di Pengadilan Negeri Surabaya, Jumat (27/1/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Abdul Haris Ketua Panpel Arema FC akui penjualan tiket laga Arema FC-Persebaya Surabaya mencapai 43 ribu lebih dari kapasitas atas suruhan AKBP Ferli Hidayat yang saat itu menjabat Kapolres Malang.

Itu diungkapkan Abdul Haris saat diperiksa sebagai saksi mahkota untuk Suko Sutrisno Security Officer Arema hari ini, Jumat (27/1/2023). Pemeriksaan ini dilakukan usai 50 saksi dari jaksa dan 1 ahli dari pengacara dua terdakwa itu tuntas dimintai keterangan.

Dalam keterangannya, Haris diketahui telah berkirim surat permohonan ke Polres Malang tanggal 12 September 2022. Saat itu, informasi jumlah tiket yang dicetak sebanyak 43 ribu, melebihi kapasitas yang ditetapkan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Malang maksimal 38.054.

“Pak Dimas (ticketing officer) nge-share untuk cetak tiket sebesar itu,” kata Haris, Jumat (27/1/2023).

Dia tidak tahu pasti detail teknis pencetakan tiket, tapi tugasnya adalah memastikan tiket tercetak dan proses distribusi tanpa ada keributan.

“4.000 dijual di online, ada yang dijual di tiket box. Ada 14 mitra kerja, kita memantau beberapa itu tiket-tiket terjual kisaran 42.000,” katanya lagi.

Namun, sebelum menerima surat rekomendasi laga yang dikeluarkan Polres Malang tanggal 28 September dan Polda Jatim 29 September 2022, Haris tak menampik Kapolres sempat meminta pencetakan tiket dibatasi sesuai kapasitas dengan alasan kerawanan.

Akhirnya, sesuai kesepakatan dengan ticketing officer pesanan tiket dibatasi 12,5 persen untuk setiap koordinator wilayah suporter Aremania.

Informasi pengurangan itu langsung disebarkan di grup yang berisi ribuan Aremania dan Kasat Intel Polres Malang. Namun kebijakan itu menuai protes dan umpatan suporter di grup. Semua menghujat aturan yang mendadak karena mereka sudah menjualnya lagi ke suporter lain.

“Surat (dari Kapolres) itu saya share di grup Arema, terus dibahas di ticketing. Kita sepakat untuk mengurangi pesanan tiket sebesar 12,5 persen tiap pesanan. Yogya misalnya 100 dipotong 12,5 persen, Banyuwangi, Jatim, Ponorogo dan korwil-korwil, kami potong 12,5 persen. Saya sampaikan di grup Aremania, ini ada masukan dari Kapolres ada pembatasan tiket mohon maaf tiket nawak-nawak (kawan-kawan) akan saya potong 12,5 persen. Di situ ada kasat intel. Di situ terjadi banyak umpatan. Kok mendadak tanggal 29. Karena saya dari luar kota, tetangga saya suruh setor duit ke saya. Ini laga big match kok tiket tidak ada, apa rumah saya tidak diobong (dibakar) nanti. Di grup ramai,” beber Haris.

Selang sehari, kebijakan itu dibatalkan Ferli Hidayat. Ia meminta pembatasan tiket dilakukan di pertandingan berikutnya.

“Pak Haris tolong, untuk pembatasan tiket yang 38 ribu jangan dilaksanakan sekarang, itu pertandingan yang akan datang saja karena maksud saya pembatasan tiket itu agar pertandingan lebih longgar,” jelas Haris menirukan Ferli.

Disusul perintah berikutnya dari Iptu Bambang Sulistiyono Kasat Intel Polres Malang yang meminta supaya kemarahan Aremania diredam.

“Jarak berapa jam kasat intel telepon, tolong Aremania diredam jangan sampai ada goyangan. Mungkin kalau tidak kondusif, nanti pertandingan tidak kondusif. Sehingga saya sampaikan pada Aremania. Kapolres minta (juga) nomor HP ticketing officer akhirnya saya WA, ketemu besok setelah Jumatan,” tambah Haris.

Hari berikutnya, Haris menerima laporan dari ticketing officer soal 43 ribu tiket, dimana 5 ribu kelebihannya dititipkan di Polres Malang agar bisa memenuhi ketentuan sesuai kapasitas. Namun menurut petugas yang melapor, Kapolres menolak dan minta tiket dijual seluruhnya.

“Ticketing officer ditemani beberapa petugas, laporan ke saya Pak Haris untuk tiket dari Kapolres sudah saya sampaikan. Info yang saya terima tiket ini sudah tercetak 43 ribu. Kalau tidak boleh dijual, sisanya 5 ribu akan saya taruh di polres. Tapi, kapolres menolak. Katanya ya sudah dijual aja. Setelah itu menghadap kabag ops dan kasat intel. Petunjuk kapolres seperti itu ya saya ikuti saja,” terang Haris.

Informasi pembatalan pengurangan tiket itu langsung dibagikan juga ke grup Aremania. Haris menyertakan imbauan untuk menjaga keamanan.

“Akhirnya saya share ke grup Aremania, info kapolres pengurangan tiket 12,5 persen tidak jadi. Mohon pertandingan selanjutnya akan (diterapkan). Mohon, dulur-dulur bisa jaga keamanan pada waktu pertandingan nanti dan alhamdulillah aman sampai peluit terakhir itu. Tidak seperti biasanya yang rasis atau apa “ jelas Haris.

Menurut Haris yang sudah menjadi ketua Panpel Arema FC secara freelance atau tenaga lepas, sejak 2008 itu, bukan pertama kalinya menjual tiket melebihi kapasitas. Beberapa laga big match lawan Persebaya, Persib, dan Persija, jumlah tiket yang tercetak juga hampir sama.

“Data yang ada dari saya sejak tribun berdiri dibangun saya sudah jual tiket 45 ribu. Data terakhir 2018, 45 ribu (yang dicetak) terjual 44.900 lawan Persebaya. 2019 kita cetak 43 ribu lawan Persija terjual 42.900 aman. Lawan Persib juga sama. Itu laga-laga krusial,” Haris menjelaskan lagi.

Meski jumlah tiket terjual sebanyak itu, menurut Abdul Haris Stadion Kanjuruhan masih cukup. Namun suporter lebih sering memilih berdesakan di dekat pintu tribun.

“Biasanya ngumpel (berdesatkan) di undak-undak (tangga) dan pintu atasnya kosong. Saya minta Pak Suko untuk menempatkan steward 5-6 orang di pintu masuk dan jalan ke tribun berdiri. Mereka yang mengatur untuk suporter yang datang terlambat biasanya dari luar kota 15-20 menit sebelum berakhir,” pungkasnya.(lta/dfn/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs