Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, mengatakan kepedulian para pemuda-pemudi di Kota Pahlawan terhadap lingkungannya sudah mengarah ke positif, dan tidak kalah dari daerah lain.
Hal tersebut disampaikan Hebi menanggapi soal Pandawara Group, komunitas berisikan lima pemuda asal Bandung, Jawa Barat yang aksi bersih-bersih sungai-nya viral di jagad maya.
Menurutnya, di Kota Pahlawan juga ada komunitas serupa yang tidak kalah dibandingkan dengan Pandawara Group, tapi memang aksinya tidak diviralkan.
“Ada komunitas Tunas Hijau yang rutin kerja bakti di Pantai Kenjeran tiap hari Sabtu-Minggu, tapi aksinya tidak pernah direkam. Yang ikut juga cukup banyak,” ujar Hebi.
Selain itu, dia mencontohkan kalau para remaja yang belanja ke minimarket sekarang sudah membawa tas masing-masing untuk belanjaannya.
“Selain itu kalau di mall-mall Surabaya sekarang, anak-anak sudah mulai bawa tremos atau tumbler masing-masing buat minumannya,” kata Hebi kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (4/1/2023) malam.
Menurutnya, tren yang dilakukan para muda-mudi tersebut merupakan hasil dari penanaman kesadaran yang dilakukan pemerintah mulai dari tingkat sekolah.
“Kan ada itu di beberapa sekolah baik yang nasional maupun daerah, tidak boleh itu beli dan membawa minuman yang tempatnya botol/gelas sekali pakai. Mereka wajib bawa tumblr sendiri,” ungkapnya.
Hebi mengungkapkan, kalau Pemerintah Kota Surabaya bahkan sudah punya banyak program mendidik para remaja lebih peduli permasalahan sampah.
Mulai dari program Eco Campus, Eco School, Eco Pesantren yang dilombakan dan sudah berjalan sejak tahun 2022, sampai Pangeran dan Putri Lingkungan yang diberi kewajiban membina wilayahnya.
“Selain wilayahnya sendiri, juga mengedukasi kampung-kampung warga lainnya. Mereka diberi pengetahuan dan workshop peduli lingkungan kemudian ditularkan ke wilayah lain. Kalau wilayahnya sendiri kan memang wajib,” ujarnya.
“Terakhir, Kepala DLH Kota Surabaya itu juga mengatakan kalau permasalahan sampah sejatinya bisa diatasi kalau masyarakat lebih tertib dalam mengolah sampahnya masing-masing.
“Jadi, kalau pengen keren dan jangan nyampah frend. Kalau makan harus habis, jangan nyisa sampai jadi sampah. lek ndelok mangan ga entek? teguren (kalau lihat ada yang makan tidak habis ditegur), harus ada keadilan karena tidak semua orang bisa makan tiap hari,” pungkasnya. (bil/iss)