Jumat, 22 November 2024

Kemenkes Temukan 20.783 Kasus Sifilis Sepanjang 2022

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi penderita penyakit Sifilis. Foto: yesdok.com

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan sebanyak 20.783 orang telah terkonfirmasi terinfeksi penyakit sifilis dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia selama tahun 2022.

“Kita berfokus pada penemuan kasus dengan melakukan skrining dini sifilis pada level populasi, terutama populasi rentan dan risiko tinggi dengan menggunakan rapid test (tes cepat) yang sudah terstandar dan hasilnya cepat. Sehingga, bila ditemukan hasil positif dapat segera ditangani,” kata Imran Pambudi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes di Jakarta, Kamis (11/5/2023) dikutip Antara.

Data yang dihimpun Kemenkes pada 2022, ia membeberkan profil pasien berdasarkan jenis kelamin, di mana untuk kelompok perempuan 46 persen terkonfirmasi menderita sifilis, sedangkan pada kelompok laki-laki mencapai 54 persen.

Pada kelompok usia berdasarkan data yang sama, diketahui bahwa tiga persen anak berusia di bawah empat tahun terkena sifilis, diikuti usia 5-14 tahun 0,24 persen, 15-19 tahun enam persen, 20-24 tahun 23 persen, sedangkan bagi usia di bawah 50 tahun ada lima persen.

Kasus paling tinggi ditemukan pada kelompok usia 25-49 tahun mencapai 63 persen.

Imran melanjutkan terkait dengan kelompok populasinya, penderita sifilis paling banyak ditemukan pada laki-laki yang melakukan seks dengan laki-laki (LSL) sebesar 28 persen, diikuti ibu hamil 27 persen, pasangan berisiko tinggi (risti) sembilan persen, Wanita Pekerja Seks (WPS) sembilan persen, Pelanggan Pekerja Seks (PPS) empat persen, Injection Drug Users (IDUs) 0,15 persen, waria tiga persen, dan lain-lain 20 persen.

Ia menjelaskan, beberapa penyebab dari banyak kasus sifilis tersebut berhubungan erat dengan perilaku masyarakat yang gemar berhubungan seks secara berisiko, tanpa menggunakan kondom.

Selain itu, terdapat kelompok tertentu yang sering berganti pasangan ketika seks, hingga pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.

Hal yang ditekankan Imran adalah kondisi di Indonesia memprihatinkan karena pada 2022, sebanyak 5.590 ibu hamil positif terkena sifilis, sedangkan yang sudah mendapatkan pengobatan berkisar 2.227 ibu.

Namun menurutnya, setiap pihak harus berhenti berprasangka buruk pada penderita sifilis sehingga penderita bisa segera diobati dan dicegah keparahannya.

Hal itu dikarenakan sifilis berpotensi ditularkan dari ibu hamil ke anak yang dikandung, dan membuka potensi bayi lahir cacat atau mengidap sifilis bawaan (sifilis kongenital).

Guna mengatasi sifilis, Kemenkes mengaku berfokus pada penemuan kasus pada populasi rentan dan berisiko tinggi.

Sembari menggencarkan tes cepat antigen, Kemenkes juga mengambil langkah pencegahan melalui sosialisasi edukasi seksual kepada kelompok risiko tinggi, dan juga informasi Infeksi Menular Seksual (IMS) pada kelompok masyarakat umum.

Hal tersebut sebagai upaya intervensi perubahan stigma dan diskriminasi (IPSD), yang pada hakikatnya memperkuat pelayanan kesehatan di fasyankes dan penemuan kasus.

“Dengan demikian kami pastikan akses layanan IMS jadi berkualitas tinggi untuk semua populasi. Penularan IMS juga akan terus diupayakan berkurang dengan menyasar pada populasi kunci, pasangan dan pelanggannya, sambil memastikan data berkualitas untuk memandu respons menghadapi penyakit (sifilis-red),” ujarnya. (ant/bil/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs