Jumat, 22 November 2024

Kekah, Primata Endemik Natuna Terancam Punah karena Perburuan

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Binatang endemik, Kekah yang hampir punah. Foto: Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna @disparnatuna

Pemerhati satwa menyatakan satwa Kekah (Presbytis Natunae) adalah binatang primata endemik di Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), yang kini kondisinya terancam punah karena adanya perburuan dan kerusakan lingkungan.

“Kekah merupakan satwa endemik yang hanya ada di Pulau Bunguran Besar, Natuna. Riset terakhir tahun 2003 oleh Lamertink dan kawan-kawan mencatat populasi kekah Natuna kurang dari 10 ribu individu, belum ada data terbaru, cuma hasil pantauan kami saat ini di wilayah Mekar Jaya ada delapan kelompok, sekitar 100 lebih ekor saja,” kata pemerhati Kekah, sekaligus pendiri program “Mantau Kekah”, Hadiani di Desa Mekar Jaya, Natuna, Sabtu (28/1/2023).

Ia menjelaskan ancaman kepunahan Kekah terlihat dari adanya alih fungsi lahan serta kerusakan ekosistem dan perilaku manusia yang tidak ramah terhadap keberadaan Kekah serta adanya indikasi perdagangan Kekah.

“Karena Kekah masih dianggap hama oleh sebagian masyarakat, ada juga yang menjadikan hewan peliharaan, serta jadi objek berburu dan perdagangan satwa,” katanya.

Ia juga mengatakan, saat ini terpantau keberadaan Kekah ada di beberapa wilayah Pulau Bunguran Besar, Natuna dan untuk kegiatan konservasi telah dimulai dari Desa Mekar Jaya.

Menanggapi hal tersebut, Komunitas Kemah Pemuda Natuna menjalankan program mengenal satwa endemik Kekah sebagai upaya pelestarian dan pengetahuan di Desa Mekar Jaya.

Karena itu, pihaknya mengapresiasi kegiatan Komunitas Kemah Pemuda Natuna tersebut dalam mendukung upaya perlindungan terhadap Kekah dengan melakukan pengamatan, penelitian dan kampanye peduli serta mengajak para pemuda mengenal Kekah.

Ia juga mengatakan bahwa pemuda Natuna perlu melihat dan mengalami langsung bagaimana Kekah berada di habitatnya.

“Dengan demikian akan dapat pengetahuan yang mendalam tentang primata yang terancam punah ini,” ujarnya, dilansir Antara.

Ia juga berharap, dengan semakin banyaknya komunitas dan para pihak-pihak yang peduli terhadap kelestarian Kekah, maka akan dapat menentukan langkah, serta terobosan apa seharusnya dilakukan.

“Harapan kami untuk kegiatan Kemah Pemuda Natuna ini dapat melahirkan pemuda aktif bergerak dalam kegiatan sosial yang dapat membantu kemajuan daerah, khususnya pelestarian Kekah di Natuna,” kata Hadiani.

Sementara itu Azmizar Ketua Kemah Pemuda Natuna, di Balai Mangrove, Desa Mekar Jaya, Natuna, Sabtu (28/1/2023), mengatakan bahwa kegiatan tersebut untuk mengajak pemuda di Natuna bergerak bersama dari berbagai latar belakang dalam upaya melindungi habitat Kekah dengan cara berkemah.

“Ini merupakan acara yang ketiga untuk tahun ini, digelar pada tanggal 27 sampai dengan 29 Januari 2023,” katanya.

Karena, katanya, Kekah harus mendapatkan perhatian khusus dan harus ada upaya konservasi, agar nantinya Kekah tidak menjadi punah.

“Jika tidak dimulai dari sekarang, Kekah hanya akan menjadi bahan cerita saja oleh masyarakat Natuna nantinya,” katanya.

Menurut dia, Kemah Pemuda Natuna digelar selama tiga hari tersebut dinilai dapat memberikan bekal awal dan mengenal lebih dekat bagaimana upaya konservasi Kekah Natuna seharusnya diterapkan.

“Para peserta diajak untuk mengamati langsung, tinggal berkemah, namun tetap tidak mengganggu komunitas Kekah,” ujarnya.

Menurutnya, pengamatan secara langsung penting dilakukan untuk mengenal keseharian dan pola perilaku primata khas Natuna tersebut sehingga upaya konservasi sesuai dengan kebiasaan dan keseharian satwa primata yang dikenal pemalu itu.

Ia menambahkan bahwa Kemah Pemuda Natuna dalam kegiatan tersebut juga memuat materi konservasi lingkungan bagi para peserta juga diberikan materi kepemimpinan.

“Materi tersebut kita rancang untuk membentuk jiwa-jiwa pemimpin agar berani mengambil peran dalam perubahan yang baik bagi Natuna, serta pemberian materi geopark sebagai tambahan pengenalan peranan konservasi pada upaya pelestarian keanekaragaman hayati sebagai salah satu pilar utama pada konsep UNESCO Global Geopark,” demikian Azmizar.(ant/ihz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs